Menyelami keindahan bawah laut Raja Ampat

id raja ampat, menyelam di raja ampat, diving raja ampat

Menyelami keindahan bawah laut Raja Ampat

Penyelam mengamati berbagai jenis terumbu karang dan tanaman bawah laut di kawasan Waiwo, Raja Ampat, Papua Barat. Dengan terumbu karang terlengkap di dunia, Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan Raja Ampat. (FOTO ANTARA)

"Sekali diving, menikmati pemandangan bawah laut, anda bisa bertambah umur satu jam," ujar pemandu selam Waiwo Dive Resort, Raja Ampat, Berto Rahawarin, dengan yakin ketika memberitahu para calon penyelam dari rombongan Adira Beauty Expedition yang mengunjungi tempat itu pertengahan Juli.

Konon, keindahan alam bawah laut dikatakan Berto mampu membuat para penyelam melupakan segala permasalahan mereka di kota asal, membuat segala penat hilang, sehingga mampu menambah harapan hidup satu jam tiap kali menyelam atau sekitar 45 menit.

Meskipun tanpa didukung oleh penelitian ilmiah, Berto mengaku para penyelam yang dipandunya seringkali tidak merasa cukup dengan sekali menyelam dan sebisa mungkin mengulangi penyelaman mereka di lautan Raja Ampat yang kaya dengan ikan dan karang.

Nama Raja Ampat sebagai "spot" (tempat) menyelam dan snorkeling baru muncul selama beberapa tahun terakhir namun kepopulerannya telah mendunia dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang mengunjungi kepulauan di kawasan lepas pantai Sorong, Papua Barat itu.

Sejak tahun 2003 kabupaten yang terdiri atas 610 pulau-pulau kecil itu mengalami pemekaran dan pemerintah daerah setempat, melihat animo besar para wisatawan untuk melakukan penyelaman, merintis upaya untuk menjadikan wilayah itu menjadi geopark.

Saat ini, untuk biaya perawatan terumbu karang, pemerintah Kabupaten Raja Ampat mengenakan biaya konservasi kepada setiap wisatawan yang datang berkunjung sebesar Rp500 ribu bagi wisatawan asing dan Rp250 ribu bagi wisatawan nusantara.

Kepala Bidang Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Klasina Rumbekwan mengaku pemberlakuan "conservation fee" itu adalah dengan dasar pertimbangan pelestarian kekayaan alam Raja Ampat yang memang masih belum banyak dijamah penduduk sekitar.

"Pemberlakuan biaya masuk kawasan ini juga agar kita tahu berapa kunjungan wisatawan ke Raja Ampat. Ini ditetapkan lewat Pergub," ujar Klasina.

Dari biaya tersebut, sebagian disebutnya akan masuk ke kas daerah sementara sisa dana akan dikelola oleh tim dan dibagi untuk pembiayaan konservasi alam sebesar 40 persen, pembiayaan program bagi masyarakat 40 persen dan untuk mengelola pusat informasi sebesar 20 persen.

Pengenaan biaya masuk itu juga disebut Klasina adalah untuk menyaring wisatawan yang berkunjung untuk mencegah kunjungan wisatawan berbondong-bondong yang dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan alam terutama terumbu karang yang ada di sekitar pulau-pulau itu.

"Disini memang mahal. Kita mau ekslusif, gak mau massal," katanya.

Meskipun demikian, kunjungan wisatawan tetap mengalir ke wilayah Raja Ampat. Tahun 2011, tercatat ada lebih dari 6.000 wisatawan yang berkunjung, hanya sekitar 1.000 orang atau 16 persennya yang berasal dari tanah air, sisanya adalah wisatawan mancanegara.

Mayoritas wisatawan berkunjung ke Raja Ampat adalah memang untuk melakukan penyelaman (diving) atau snorkeling, meskipun juga banyak yang datang untuk menikmati pemandangan alam pantai berpasir putih  melandai panjang dengan perairan jernih dihuni banyak ikan.

Atau sekedar melakukan trekking ke atas bukit untuk melihat pemandangan alam pulau-pulau kecil dikelilingi laut berwarna biru dan hijau.

        
Musim Penyelaman
Menurut Berto, bulan yang cocok untuk melakukan penyelaman adalah mulai bulan Oktober hingga April karena disaat itu ikan banyak berkumpul dan ada juga yang singgah dalam migrasi antar samudera mereka seperti lumba-lumba.

"Di bulan Oktober juga ada festival Raja Ampat sehingga banyak turis yang datang pada bulan itu, tapi untuk diving masih bisa sampai bulan April," ujarnya.

Tarif untuk melakukan penyelaman dan penyewaan peralatan beragam disetiap hotel atau resort namun sebagai gambaran, di Waiwo Dive Resort biaya yang dikenakan adalah sebesar Rp550 ribu bagi wisatawan mancanegara dan Rp450 ribu bagi wisatawan dalam negeri.

Para penyelam kemudian akan dibawa ke lokasi-lokasi penyelaman yang biasanya tidak jauh dari hotel/resort, hanya sekitar setengah jam perjalanan kapal, bahkan ada juga lokasi penyelaman yang berada persis didepan hotel seperti di Waiwo.

Beberapa spot penyelaman lain di Raja Ampat adalah Sonek Monde, kepulauan Pianemo, Manta Point di Arborek, Pulau Kelelawar atau di Kuburan Reef yang berlokasi di sekitar Pulau Mansuar.

Untuk penyelam pemula, Berto biasanya membawa mereka ke kedalaman 5-10 meter namun untuk penyelam mahir atau telah memiliki lisensi selam, bisa melakukan diving hingga kedalaman 50 meter.

Pada kedalaman 5 meter, para penyelam akan dimanjakan oleh pemandangan terumbu karang dan ikan-ikan permukaan yang tidak terlalu besar namun di kedalaman 8 meter, para penyelam sudah akan dapat menemukan penyu yang berenang bebas.

Di Kuburan Reef, hewan laut yang menunggu untuk menyapa para penyelam adalah penyu besar dan wabegong atau hiu khas Papua.

Anggota tim Adira Beauty X-Pedition - Jelajah Nusantara (www.adirafacesofindonesia.com) Tri Dofa Setiawan Manurung (30) yang berkunjung ke Raja Ampat sebagai etape terakhir dari ekspedisi tersebut mengakui Raja Ampat memiliki keistimewaan dibandingkan dengan daerah lain di nusantara.

"Di sini airnya jernih sehingga pemandangan di bawah lautnya juga lebih bagus," ujar Tri Dofa yang memiliki julukan Dori sang Penjelajah.

Dibandingkan dengan jelajah nusantara yang dilakukan sebelumnya, Dori mengatakan Raja Ampat juga relatif memiliki cuaca yang cukup bersahabat dan udara yang lebih bersih sehingga menambah sensasi liburan yang dicari para wisatawan.
(ANT-A043/Z003)