Kemuliaan hati sang pemburu api

id pbk, pemburu api, kemuliaan pemadam kebakaran

Kemuliaan hati sang pemburu api

Ilustrasi - Petugas pemadam kebakaran memadamkan api (FOTO ANTARA)

"Kalau dicaci maki sudah jadi makanan sehari-hari. Tapi kami tetap pada kewajiban kami menjalankan tugas," kata seorang petugas pemadam kebakaran di Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan Wisnu Praditya.

Pria 29 tahun itu menjadi petugas damkar sejak tahun 2003. Meski menjadi pasukan pemburu api bukanlah cita-citanya sejak awal, dia bangga dengan pekerjaannya sebagai PNS damkar.

"Niat sih nggak, cuma kebetulan ada lowongan di damkar, terlebih damkar itu PNS. Zaman sekarang siapa sih yang nggak mau jadi PNS?" katanya.

Menjadi petugas damkar telah memberikan penghasilan yang cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan istri dan putra tunggalnya.

Selama sembilan tahun menjadi petugas damkar, suka dan duka pun, dia rasakan.

"Sukanya kalau lagi awal bulan saat terima gaji dan kalau lagi nggak ada kebakaran. Jadi kami bisa agak santai," kata Wisnu Praditya.

Sementara kisah-kisah duka pun dia rasakan. Sebagai petugas yang harus siap sedia di lapangan, dia harus rela pada hari libur nasional tidak bisa berlibur bersama keluarga.

Dia menambahkan saat menuju lokasi kebakaran, dia mengakui tidak jarang kendaraan-kendaraan di jalan yang tidak mau mengalah meski sirine mobil pemadam sudah bersuara keras.

Di lokasi pun, tidak jarang warga yang mencemooh kerja para petugas.

"Kami sudah capek, sudah sekuat tenaga, masyarakat kurang bisa terima. Mereka bilang damkar kerjanya lamban, telat, caci maki sudah jadi 'makanan' sehari-hari buat kami," katanya.

Meski demikian, dia menganggap semua itu bukanlah menjadi beban. Dia niatkan pekerjaannya itu sebagai ibadah.

          Banyak hambatan
Menurut Wisnu, banyak hambatan yang dihadapi para petugas untuk mencapai lokasi kebakaran, di antaranya tingginya tingkat kemacetan Jakarta, ketidakakuratan alamat lokasi, pengetahuan masyarakat yang minim tentang cara kerja pemadaman api.

"Sampai di lokasi, warga rebutan ingin dipadamkan duluan tempatnya," katanya.

Padahal, dia menambahkan, mereka akan menyemprotkan air ke lokasi di luar titik api terlebih dahulu untuk membatasi atau mengendalikan agar tidak terjadi perluasan kebakaran.

"Kami jaga agar selalu basah, baru selanjutnya kami padamkan api di titik kebakaran," jelasnya.

Meski demikian, dia mengakui banyak warga yang kurang mengerti teknik pemadaman sehingga tak jarang warga mengomel.

"Tapi warga nggak paham, kok yang nggak kebakar malah disemprot, gimana sih damkar, bisa kerja nggak sih?" ujarnya.
   
          Makanan dan minuman
Namun, dikatakannya, ada pula masyarakat yang peduli terhadap kerja keras para petugas. Ada yang memberi ucapan terimakasih, ada pula yang menyediakan minuman dan makanan.

Sementara Kepala Peleton Sektor 2 Kebayoran Baru, Mungin, juga berpendapat senada.

Masih minimnya perhatian masyarakat terhadap bahaya kebakaran membuat masyarakat kurang menghargai kerja para petugas damkar.

Mungin berpendapat saat terjadinya kebakaran, masyarakat sangat mengandalkan kehadiran petugas damkar sehingga terkadang mereka lupa bahwa petugas damkar hanyalah manusia biasa.

"Mereka dalam kondisi panik, sehingga menganggap damkar itu malaikat, yang begitu datang ke lokasi, harus selesai semuanya," kata pria yang merangkap sebagai ketua RW di tempat tinggalnya itu.

Dia seringkali menghadapi amarah warga yang kemudian menumpahkan kekesalan dengan memotong selang air. Hal tersebut tentunya membuat para petugas kerepotan dan menghambat pemadaman api.

Menurut dia, masyarakat seringkali terlambat memberikan informasi kebakaran sehingga api terlanjur menjadi besar dan sulit dikuasai.

"Kebakaran yang terjadi lebih dari 10 menit itu lebih sulit dikendalikan," katanya.

Selain keterlambatan informasi, kemacetan di ruas-ruas jalan di Jakarta sering mengakibatkan keterlambatan kedatangan petugas.

"Response time harusnya 10 menit, akhirnya molor jadi 20 menit atau 30 menit," kata pria yang tinggal di Kompleks Damkar Radio 2 No 2 Jakarta Selatan itu.

Dia menambahkan, mudah atau sulitnya akses menuju lokasi, ketersediaan air dan kerja sama warga masyarakat juga sangat menentukan kecepatan kerja petugas.

Sementara itu dia menjelaskan jika kebakaran terjadi di sebuah tempat, ada beberapa tahapan yang dilakukan.    

Diantaranya setelah dicek kebenaran informasinya, pihaknya akan memberangkatkan empat unit mobil yang terdiri atas unit pompa, unit sumber air dan unit respon cepat. Pimpinan pasukan yang berada di lokasi kebakaran, akan melaporkan keadaan.

Jika keadaan berbahaya, maka akan diterjunkan lagi empat unit mobil tambahan. Selanjutnya jika masih diperlukan tambahan armada, akan dikerahkan lagi beberapa unit tambahan.

Dalam setiap peristiwa kebakaran yang terjadi, suku dinas akan melakukan evaluasi dan perbaikan melalui pelatihan-pelatihan.

Meski demikian dia mengakui dalam beberapa hal, pihaknya masih merasa banyak yang harus dibenahi agar lebih baik.

"Pelatihan-pelatihan di damkar sangat banyak tapi untuk kebakarankebakaran yang disebabkan bahan-bahan kimia berbahaya masih kurang ilmunya," katanya.

Selain itu dari segi personel damkar. Menurut dia, jumlah ideal personel damkar di Jakarta yakni sebanyak 5.000 hingga 10.000 orang. Tetapi hingga saat ini hanya ada sekitar 3.000 petugas di Jakarta.

"Sangat kurang personel, kami cuma punya 3.000 orang," katanya.

Dia menambahkan tiap tahun banyak terjadi pengurangan petugas yang memasuki masa pensiun. Hal tersebut tidak diimbangi dengan adanya rekrutmen baru.

"Rekrutmen baru tidak dilakukan setiap tahun," kata pria dua anak itu.

Sementara itu terkait sistem kerja damkar, dalam satu kali piket jaga, ada sekitar 150 orang yang bertugas selama 24 jam dalam satu wilayah.

"Berangkat pukul 07.30, besoknya jam yang sama, baru ganti petugas piket," katanya.

Pria yang hampir menyelesaikan pendidikan masternya di Universitas Muhammadiyah Jakarta itu sudah 17 tahun bekerja sebagai pemburu api. Meski pekerjaannya itu kerap menantang maut, dia tidak pernah berpikir untuk beralih profesi.

Baginya menjadi seorang petugas pemadam kebakaran adalah sebuah profesi yang sangat mulia. 
(ANT-SDP-46/A011)