Kebutuhan mata uang Riyal meningkat

Palembang (ANTARA Sumsel) - Kebutuhan mata uang Riyal Arab Saudi dan Dolar Amerika Serikat di Palembang, dalam dua pekan terakhir meningkat, karena dipengaruhi aktivitas beribadah umrah warga setempat.

"Sejak dua pekan terakhir, terjadi peningkatan sekitar 50 persen karena sejak awal bulan banyak yang menukarkan rupiah untuk kebutuhan umrah," kata Asisten Manager PT Haji La Tunrung AMC (gerai resmi pembelian dan penjualan valuta asing) Ayu Wahyuni, di Palembang, Jumat.

Ia mengemukakan, dalam satu hari melakukan sekitar 60 transaksi, sementara sebelumnya hanya kisaran 25 hingga 30 transaksi.

"Meski kantor baru membuka pelayanan kurang lebih 10 bulan, tapi jika dibandingkan kota-kota lain, Palembang bisa dikatakan area yang cukup aktif," ujarnya.

Ia tidak membantah hal itu lantaran belum begitu banyak yang tertarik menjajal bisnis "money changer" di kota "Empek-empek" (sebutan Kota Palembang-red).

Sementara ini penduduk setempat hanya dilayani dua perusahaan perdagangan valuta asing (resmi), serta sejumlah bank swasta nasional.

"Sebenarnya usaha valuta asing cukup menjanjikan di Palembang karena permintaan masyarakat terbilang tinggi. Hanya saja harus diakui, tidak mudah menjalankannya karena tergolong bisnis beresiko tinggi," katanya.

Ia mencontohkan yang terjadi sejak awal tahun. Meski permintaan terhadap mata uang terbilang tinggi, namun secara keuntungan tidak begitu signifikan akibat terjadi pelemahan nilai sejumlah mata uang.

"Pada awal tahun 2013 harga per satu dolar kisaran Rp9.800, namun kini bergerak turun sampai Rp9.700. Dari selisih nilai itu saja, bisa dipahami bahwa bisnis ini demikian beresiko," katanya.

Menurutnya, peningkatan aktivitas penukaran uang karena kalangan pebisnis di kota itu memiliki hubungan perdagangan dengan luar negeri.

Hanya saja, untuk investasi, masyarakat lebih memilih membeli dolar ke bank, meski harus memberikan keterangan mengenai maksud kegunaannya.