Ihwal Borobudur belum terjawab anak-anaknya

id borobudur

Ihwal Borobudur belum terjawab anak-anaknya

Candi Borobudur (FOTO ANTARA)

Pak Coro terlihat tersenyum "kecut" ketika sejumlah pertanyaan ihwal sederhana tentang Candi Borobudur, ternyata belum mampu dijawab secara benar, apalagi cepat oleh sejumlah anak setempat, tatkala mereka mengikuti peringatan Hari Pusaka Dunia.

Pertanyaan informatif yang dilontarkan Pak Coro yang juga pengelola komunitas "Warung Info Jagad Cleguk" Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, antara lain, nama desa sebagai lokasi Candi Borobudur, kapan pembangunan Borobudur, dan siapa raja yang berkuasa di wilayah setempat ketika candi tersebut dibangun.

Beberapa orang dewasa yang mengelilingi arena peringatan Hari Pusaka Dunia 2013 di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Rabu (17/4) sore itu, berceloteh seakan ingin turut membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada enam anak-anak usia sekolah dasar tersebut, masing-masing Ian, Yonatan, Kelik, Aan, Gufron, dan Iva.

Mereka bagian dari anggota grup kesenian "Warok Bocah Sekar Jagad" Dusun Gleyoran, Desa Sambeng dan grup "Warok Bocah Putra Satria" Dusun Gupit, Desa Kebonsari, keduanya di wilayah Kecamatan Borobudur.

Pada kesempatan itu, Pak Coro agaknya ingin mengungkap ihwal sederhana pula bahwa masih relatif banyak anak-anak setempat lainnya yang belum mengetahui secara baik atas informasi sederhana tentang Candi Borobudur.

"Kalau belum tahu tidak apa-apa. Nanti bisa dijelaskan oleh bapak-bapak dari Balai Konservasi dan dari Taman Wisata," kata Pak Coro yang nama lengkapnya Sucoro.  

Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain, Wakil Kepala Unit TWCB Adi Kartono, Kepala Seksi Layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iskandar M. Siregar, Ketua Yayasan Soloensis Bambang Narto, pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Hari Mulyatno, dan Ketua Peguyuban Kepala Desa se-Kecamatan Borobudur Endro Sugiarto.

Saat simposium International Council on Monuments and Sites (Icomos) di Tunisia, 18 April 1982, muncul usulan tentang pentingnya penyelenggaraan Hari Monumen dan Situs Dunia.

Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan  (UNESCO) melalui resolusi sesi ke-22 pada bulan November 1983, menyetujui gagasan itu dan selanjutnya merekomendasikan anggotanya menjajaki kemungkinan untuk mendeklarasikan bahwa 18 April sebagai Hari Pusaka Dunia.

Pada tahun 1991, Unesco menetapkan Candi Borobudur di antara aliran Kali Elo dengan Progo, Kabupaten Magelang itu sebagai Warisan Budaya Dunia.

Peringatan Hari Pusaka Dunia 2013 yang diselenggarakan komunitas WIJC di Candi Borobudur, sekaligus sebagai momentum pentas perdana tarian "Warok Bocah" oleh anak-anak berasal dari dua dusun di sekitar Candi Borobudur tersebut.

Tampak beberapa wisatawan mancanegara dan nusantara yang hendak menuju Candi Borobudur, singgah selama beberapa saat untuk menonton pementasan tarian yang dibawakan anak-anak itu.

Tabuhan musik pengiring tarian tersebut, antara lain, kempul, terbang, drum, dan kendang. Beberapa tembang berbahasa Jawa yang dilantunkan anggota grup kesenian tradisional itu, Dirman dan Parwi, turut mengiringi anak-anak mementaskan tarian "Warok Bocah".

"Ini tarian yang baru kami latihkan selama sebulan terakhir. Pementasan perdana memang kami kemas di Candi Borobudur, bertepatan dengan peringatan Hari Pusaka Dunia tahun ini. Harapan kami, turut membantu menanam kecintaan terhadap Borobudur sejak usia dini," kata pemimpin kelompok kesenian Dusun Gleyoran yang juga Ketuga Bidang Seni dan Budaya WIJC Borobudur Pitoyo.

Ihwal Candi Borobudur yang dibangun sekitar abad ke-8, masa Dinasti Syailendra dengan Raja Samaratungga, sudah ditulis dalam banyak buku, termasuk menjadi materi dalam buku-buku pelajaran di berbagai jenjang sekolah.

Barangkali menjadi hal yang ironi ketika pertanyaan informatif dan terkesan sederhana tentang Borobudur yang dibangun dari tatanan sekitar dua juta batuan andesit itu, ternyata belum mampu dijawab secara benar oleh anak-anak yang tinggal di sekitarnya.

"Mestinya pertanyaan-pertanyaan itu mudah dijawab. Dengan sedikit membaca buku-buku akan tahu kalau Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke-8 sampai ke-9 pada masa Raja Samaratungga," kata Iskandar.

Berbagai usaha untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang candi Buddha terbesar di dunia itu, khususnya kepada anak-anak sekitar Candi Borobudur, kiranya perlu terus-menerus dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan.

Balai Konservasi Borobudur juga terlibat secara berkelanjutan dalam upaya tersebut, terutama menyangkut ihwal perawatan dan pelestarian atas Candi Borobudur.

Selama 2013, pihaknya melakukan program lanjutan berupa sosialisasi pelestarian Borobudur dengan sasaran, antara lain, para siswa sekolah menengah pertama dan para guru sekolah dasar di sekitar candi tersebut.

"Kami juga melakukan sosialisasi tentang pelestarian Candi Borobudur yang tentunya secara otomatis juga memberikan pengetahuan tentang sejarah dan hal lainnya menyangkut candi ini," katanya.

Hari Pusaka Dunia yang juga diperingati di Candi Borobudur dengan pelopor WIJC itu, juga bagian dari upaya melestarikan dan menanamkan pengetahuan tentang warisan budaya dunia tersebut, terutama kepada anak-anak setempat. Tema Hari Pusaka Dunia 2013 adalah "Pusaka Dunia untuk Anak Bangsa".

"Kami yang saat ini di Balai Konservasi nantinya akan pensiun sehingga upaya pelestarian Candi Borobudur harus diteruskan oleh anak-anak ini nantinya," katanya.

Kelak pula, tentunya berbagai pertanyaan ihwal sederhana Candi Borobudur, bagaikan secepat kilat bisa dijawab secara benar dan lantang oleh anak-anak setempat.