Mahasiswa UIN Makassar pelajari bisnis model kanvas

Makassar (ANTARA Sumsel) - Sebanyak 60 mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan, mengikuti lokakarya kewirausahaan dengan metode bisnis model kanvas.
        
"Ini merupakan model yang bermodalkan ide dengan menginspirasi mahasiswa untuk menggeluti bisnis," kata Ketua UKM Kopma UIN Alauddin Zul Afiat di Makassar, Minggu.
         
Menurut dia, model bisnis yang dikembangkan ini, cukup dengan ide yang kuat untuk menorehkan ke kanvas jenis wirausaha yang ingin diaplikasikan.
          
Dia mengatakan, kegiatan pembelajaran kewirausahaan ini didukung sepenuhnya oleh Yayasan Kalla yang menjadi mitra UIN Alauddin, Makassar.
          
Sementara itu, pembawa materi bisnis model kanvas Syamril mengungkapkan, model kanvas ini adalah salah satu metode yang mencoba memetakan alur bisnis.  
   
"Model ini menyederhanakan hal yang kompleks agar mudah dipahami dan dijalankan," ujarnya.
         
Menurut Syamsul yang juga Koordinator Bidang Pendidikan Yayasan Kalla, ada sembilan komponen yang merupakan bagian penting dari sistem model kanvas ini yakni "customer segments"(menentukan peluang segmentasi konsumen yang akan dijajaki), "value propositions" (bagaimana mengembangkan ide bisnis), dan "channels" (bagaimana mencari pelanggan).
        
Kemudian, "customer relationships" (dengan cara apa menjaga pelanggan tersebut), "revenue streams" (bagaimana pemasukan didapatkan), "key resources" (menggambarkan aset-aset terpenting yang menentukan keberhasilan pengoperasian model bisnis, "key activities" yakni kegiatan untuk menghasilkan "value preposition", menyalurkan "value preposition" ke pelanggan, menjalin hubungan dengan pelanggan dan menangani aliran pendapatan.
          
"Sedang kunci kedelapan adalah 'key partners' (pelibatan pihak lain dalam bisnis yang dijalankan dan terakhir adalah 'cost structure' yang menggambarkan semua biaya yang muncul sebagai akibat dioperasikannya model bisnis ini," katanya.
         
Mengenai faktor dana yang selama ini menjadi kendala, Syamril menyarankan agar para mahasiswa bekerja sama dengan mahasiswa lain yang memiliki kemampuan modal yang lebih besar.