Palembang (ANTARA Sumsel) - Tak mudah bagi Marlina (17), pesilat
Sumatera Selatan menjalani kehidupan jauh dari kedua orangtua dalam
setahun terakhir, tapi hal itu rela dijalaninya demi menggapai cita-cita
menjadi juara dunia.
"Terkadang saya menangis saat tengah malam karena rindu dengan
ayah, ibu, serta saudara di kampung. Tapi, inilah bentuk dari
pengorbanan untuk mencapai cita-cita menjadi juara dunia," kata Marlina
di Palembang, Rabu.
Sejak setahun terakhir, Marlina bergabung dalam Pusat Pendidikan
Latihan Pelajar di Palembang yang mengharuskannya berpisah dari keluarga
di Desa Nusa Bakti (BK 10), Ogan Komering Ulu Timur.
Awalnya, ia merasakan kerinduan luar biasa dengan kedua orangtua.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya mulai terbiasa dengan
keadaan.
"Saya belajar untuk hidup mandiri di sini dan sesekali bisa
mengirim uang ke orangtua yang diperoleh dari uang saku sebagai atlet,"
ujarnya.
Marlina terpilih mengikuti pemusatan latihan tersebut bersama tiga
orang pesilat lainnya, karena mampu berprestasi pada ajang tingkat
daerah hingga nasional.
Prestasi Marlina yang cukup menonjol yakni menjuarai ajang Asian
SchoolGames dalam dua tahun berturut-turut di Indonesia tahun 2012 dan
di Vietnam tahun 2013.
Sebelumnya, siswa kelas XII SMA Sekolah Olahraga Negeri Sriwijaya
ini tercatat sebagai peraih medali perak Pekan Olahraga Pelajar Wilayah
di Palembang tahun 2010, medali emas Pekan Olahraga Pelajar Nasional di
Riau tahun 2011, dan medali emas pada Kejurnas di Jambi tahun 2012.
Belum lama ini, ia juga meraih medali perunggu Kejurnas antar-PPLP di Samarinda, 6-10 November 2013.
Marlina mulai mengenal olahraga pencak silat sejak kelas V Sekolah
Dasar yakni saat berusia 12 tahun, melalui guru olahraganya yang
mengajak bergabung pada Perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate.
Keinginan Marlina itu sempat ditentang oleh kedua orangtua yang
berpenghasilan sebagai petani karet, karena khawatir putrinya mengalami
cedera, meninggalkan sekolah sibuk berlatih, dan tidak memiliki masa
depan memilih profesi sebagai atlet.
"Orangtua sempat khawatir dan mengatakan mengapa seorang perempuan
bertarung pencak silat. Tapi setelah melihat kegigihan dan ketekunan
dalam berlatih, akhirnya diizinkan," kata anak ke-9 dari 10 bersaudara
ini.
Kini, berbekal dukungan kedua orangtua dan latihan di bawah
bimbingan pelatih daerah, Marlina yakin mampu menggapai impiannya
menjadi pesilat nasional seperti Abbas Akbar yang berhasil menorehkan
sejarah dengan menjadi juara dunia.
Sementara itu, Pelatih Pusat Pendidikan Latihan Pelajar Sumsel
cabang olahraga pencak silat Azhari mengatakan daerah saat ini fokus
mencetak pesilat putri menyusul kekosongan atlet berprestasi dalam
beberapa tahun terakhir.
"Memang diakui saat ini untuk sektor putri sangat lemah lantaran
sejumlah atlet andalan telah memilih pensiun dan harapan pun tertumpu
pada Marlina, karena telah berprestasi pada usia muda," katanya.
Berita Terkait
Festival Silat Serumpun di Kepri
Jumat, 10 November 2023 7:48 Wib
Kodam Sriwijaya ikutkan 11 pesilat terbaik kejurnas Piala Kasad 2023
Senin, 22 Mei 2023 13:21 Wib
Tiga fakta Andy /rif, pernah ingin jadi pesilat hingga pramugara
Jumat, 2 September 2022 13:13 Wib
Polisi hentikan proses hukum kasus tewasnya pesilat usai berlatih
Selasa, 31 Mei 2022 8:28 Wib
Pencak silat gagal capai target empat emas di SEA Games Vietnam
Selasa, 17 Mei 2022 13:25 Wib
Pesilat Indonesia Ronaldo Neno gagal rebut emas
Senin, 16 Mei 2022 23:49 Wib
Didiskualifikasi, Pesilat Indonesia Yachser Arafa gagal sumbang emas
Senin, 16 Mei 2022 18:29 Wib
Mustakim akhirnya dikandaskan pesilat Malaysia di final SEA Games
Senin, 16 Mei 2022 18:27 Wib