Batam (ANTARA Sumsel) - Bencana kabut asap kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang tertiup hingga Provinsi Kepulauan Riau merusak ekosistem perairan wilayah itu dan menyebabkan ribuan ikan kecil mati.
"Kabut asap tidak hanya mengganggu daratan, tapi juga di laut," kata Kepala Bidang Sumber Daya Kelautan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (DKP Kepri) Eddywan di Batam, Minggu.
Peraih gelar doktor ilmu kelautan dari Boston University Amerika Serikat itu menjelaskan kabut asap menyelimuti Kepri mengandung debu.
Partikel debu itu kemudian menghempas ke pantai yang mengakibatkan pasir di pantai runtuh.
Pasir pantai yang terkontaminasi debu kabut asap sangat rentan hingga menyebabkan abrasi dan sedimentasi di laut.
"Air laut dengan sedimentasi tinggi kemudian teraduk dalam gelombang, ikan kecil cepat mati. Jika dulu nelayan bisa dapat 1.000 ekor ikan sekali melaut, sekarang tinggal 500 ekor ikan yang didapat," katanya.
Menurut Edi, gelombang tinggi juga menjadi lebih ekstrim akibat kabut asap.
Kebakaran hutan yang diikuti kabut asap membuat suhu tidak stabil, bisa sangat dingin, kemudian berubah menjadi panas sekali.
Suhu itu juga mempengaruhi pergerakan angin dan kecepatannya bisa sangat kencang menyerupai topan.
"Suhu yang ekstrim juga membuat arus laut tinggi dan gelombang besar, bisa mencapai tujuh meter, paling sedikit tiga meter," katanya menjelaskan.
Gelombang besar disertai dengan kandungan debu membuat ikan sulit bertahan hidup.
Selain itu, kabut asap yang menyelimuti pantai disertai debu yang mengendap di pantai juga mengubah struktur pantai.
"Tentu saja, struktur pantai akan berubah. Perubahan struktur membuat keseimbangan alam berubah, dan ini memancing bencana," kata dia.
Sebelumnya, nelayan yang tinggal di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepri mengeluhkan kehilangan arah tempat biasa mencari ikan akibat kabut asap.
"Banyak nelayan yang tersasar. Ada yang tahu-tahu sampai Kalimantan karena kabut asap," kata nelayan Anambas Masadiki.
Kabut asap juga membuat penghasilan nelayan berkurang.
Nelayan kehilangan arah dan patokan lokasi tempat banyak ikan. "Kami harap kabut ini segera berlalu, sulit kalau begini terus," kata dia.
Berita Terkait
Selama Operasi Ketupat Musi 2024 angka kematian akibat kecelakaan turun 65 persen
Jumat, 19 April 2024 21:50 Wib
Kapolres sebut lalu lintas arus balik Lebaran di OKU Sumsel lancar
Jumat, 19 April 2024 17:54 Wib
BPBD sebut banjir bandang Muratara mulai surut
Jumat, 19 April 2024 13:18 Wib
Basarnas cari korban tenggelam banjir bandang di Musi Rawas Utara
Rabu, 17 April 2024 15:16 Wib
Polisi Mura Sumsel antisipasi kerawanan di objek wisata saat Lebaran
Jumat, 12 April 2024 6:36 Wib
Speedboat jadi alternatif warga Palembang mudik ke Banyuasin
Senin, 8 April 2024 16:07 Wib
Polres OKU tindak 50 kendaraan selama Operasi Keselamatan Musi 2024
Jumat, 5 April 2024 9:49 Wib
Polres OKU Timur tempatkan Pospam di perbatasan Lampung
Kamis, 4 April 2024 23:55 Wib