Berpacu dengan waktu menyiapkan Asian Games

id asian games, asian games 2018, kemenpora, koi, koni, oca, Haider Farman, Dewan Olimpiade Asia

Berpacu dengan waktu menyiapkan Asian Games

Ilustrasi - Atlet Wushu memperagakan sejumlah gerakan di sela peluncuran logo Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

....Alangkah lebih baiknya jika memilih untuk berpacu seiring waktu dibandingkan lari terbirit-birit karena waktu sudah menghampiri....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Dewan Olimpiade Asia (OCA) mencemaskan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 tahun 2018 karena hingga memasuki pengujung 2015, sejumlah infrastruktur yang dijanjikan masih dalam level kebijakan.

Kondisi ini memantik kekhawatiran OCA, mengingat waktu yang tersisa kurang dari seribu hari untuk menyiapkan ajang olahraga paling bergengsi di Asia yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang (Sumatera Selatan).

Direktur Departemen Asian Games Dewan Olimpiade Asia Haider Farman dalam kunjungannya ke Jakarta, Sabtu (28/11), menghadiri Forum Regional OCA, mengatakan, kondisi terbaru di Indonesia ini terbilang mengkhawatirkan karena sejak resmi ditetapkan pada setahun lalu, belum terjadi peningkatan signifikan, sementara Asian Games merupakan ajang besar dengan diikuti 45 negara.

"OCA memahami bahwa banyak persoalan yang dihadapi pemerintah terkait regulasi. Tapi OCA berharap persoalan itu dapat diselesaikan dengan segera agar tidak berdampak pada pelaksanaan Asian Games," kata Haider.

Namun, terlepas dari persoalan itu, OCA berharap Indonesia konsisten dengan rencana yang sudah disusun yakni mulai mengerjakan pembangunan infrastruktur pada 2016.

Untuk itu, OCA akan memantau terus perkembangannya karena hingga kini sama sekali tidak ada rencana mengganti Indonesia dengan Tiongkok sebagai tuan rumah Asian Games seperti yang sempat diisukan belum lama ini.

"Anda bisa saja punya anggaran besar, tapi jika tidak segera dimulai maka tidak akan bisa menolong. OCA berharap, Indonesia dapat mempersiapkan semua ini sesuai dengan rencana," kata dia.

Indonesia ditunjuk OCA menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 menggantikan Vietnam yang mengundurkan diri sejak September 2014.

Namun, hingga kini renovasi arena di Jakarta belum berjalan, malahan rencana peletakan batu pertama pembangunan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, yang dijadwalkan pada September lalu diundur ke Februari 2016.

Wisma Atlet yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu akan menyediakan tempat menginap bagi atlet dengan daya tampung 14.000 atlet, yang terdiri atas tujuh menara apartemen dengan tinggi 24 hingga 32 lantai. 

Proyek itu sudah dibuat maketnya, tapi belum bisa ditenderkan karena menunggu persetujuan DPR.

Selain membangun wisma atlet, Jakarta sebagai kota utama juga telah menyanggupi akan membangun arena balap sepeda (velodrome), arena pacuan kuda (equestrian), arena akuatik, dan perenovasian Stadion Gelora Bung Karno.

Namun, kondisi berbeda justru terjadi di kota ke dua, Palembang. Tiga tower tambahan Wisma Atlet Jakabaring dipastikan rampung pada akhir Desember 2015 karena saat ini sudah 95 persen. Kemudian pada Januari 2016 akan langsung dibangun lima tower lagi sehingga total terdapat 16 tower dengan daya tampung 7.000 atlet.

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan provinsinya lebih siap menggelar Asian Games ke-18 tahun 2018 jika dibandingkan Jakarta.

Lantaran itu, Alex mengaku heran dengan pernyataan Haider Farman yang menolak penyelenggaraan upacara penutupan di Palembang karena menilai, penutupan di Palembang tidak efisien mengingat sebagian besar atlet sudah berkumpul di Jakarta.

Bagi Alex, hal ini tidak mendasar karena saat penutupan sejatinya hanya 30 persen atlet yang hadir karena sebagian besar kontingen sudah dipulangkan. 

Seharusnya, OCA mengamati bagaimana upacara pembukaan dan penutupan ajang internasional di Palembang yakni SEA Games, Islamic Solidarity Games, dan ASEAN University Games yang penontonnya sampai membludak.

"Menurut saya, sebenarnya ini hanya pengalihan isu saja, karena sejatinya OCA itu meragukan kesiapan tempat lain (Jakarta, red). Sementara Palembang bisa dikatakan sangat siap," kata dia.

Baginya, dibandingkan Jakarta, Sumsel tidak lagi memiliki persoalan mendasar terkait penyediakan arena pertandingan dan wisma atlet karena keberadaan Kompleks Olahraga Jakabaring membuat atlet tidak perlu dimobilisasi untuk datang ke arena pertandingan.

"Persoalannya sekarang ini ada di Jakarta yakni bagaimana mengangkut atlet dari Wisma Atlet Kemayoran ke arena pertandingan," kata mantan bupati Musi Banyuasin ini.

Namun, di sisi lain, Kota Palembang dituntut untuk menyiapkan infrastruktur penunjang yang tidak perlu lagi dilakukan Jakarta. 

Akan tetapi terkait infrastruktur penunjang ini, geliat pembangunan di Palembang sudah sangat terasa dengan ditandai pengerjaan jalan tol Palembang-Inderalaya dan jembatan layang.

Pada 2016, Palembang sudah memiliki sejumlah agenda pembangunan infrastruktur, yakni Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI, jalur kereta api ringan dalam kota (LRT), underpass, jembatan layang, perluasan bandara, pembangunan rumah sakit internasional.



Hemat 

Lantaran mengamati kondisi terbaru di Indonesia dan adanya pelaksanaan SEA Games tahun 2017, Dewan Olimpiade Asia (OCA) memutuskan pelaksanaan "test event" Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang diundur dari Agutus 2017 menjadi September atau Oktober 2017.

Hal ini diputuskan setelah ada masukan dari perwakilan Malaysia saat rapat yang menyatakan jika jadwal yang ada bentrok dengan pelaksanaan SEA Games 2017.

"Test event dijadwalkan pada bulan Agustus. Dengan adanya masukan tersebut maka pelaksanaan diundur antara bulan September atau Oktober," kata Kepala Komunikasi Publik Kemenpora Gatot S Dewa Broto di Jakarta.

Test event merupakan uji coba lokasi pertandingan yang akan digunakan untuk kejuaraan empat tahunan itu baik di Palembang maupun Jakarta. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan satu tahun menjelang kejuaraan resmi berlangsung.

Dengan adanya revisi jadwal, kata dia, Indonesia sebagai tuan rumah sedikit diuntungkan karena mempunyai waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan diri baik untuk lokasi pertandingan maupun atlet yang akan diturunkan.

"Semoga persiapan (Indonesia) bisa lebih baik termasuk tuntasnya renovasi lokasi pertandingan serta pendukungnya," kata pria yang juga Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora itu.

Selain digenjot untuk membangun wisma atlet maupun renovasi lokasi pertandingan lainnya, pemerintah bersama dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) juga terus berupaya mengenalkan Asian Games 2018 kepada masyarakat. Ada beberapa kota yang akan menjadi pusat kampanye kejuaraan empat tahunan itu.

Kampanye pertama akan dilakukan di Bali, 12 Desember. Dengan dilakukan di Pulau Dewata itu diharapkan gaungnya lebih mendunia karena. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di dunia. Berikutnya dilakukan di Medan, Bukittinggi, Bandung, Surabaya dan Makassar. 

Asian Games di Indonesia ini akan mempertandingkan 36 cabang olahraga yang terdiri atas 28 cabang olahraga olimpiade, dan 8 cabang olahraga nonolimpiade. Sementara ini, Palembang kebagian 15 cabang olahraga dan sisanya Jakarta.

Sebagaian tuan rumah, OCA meminta Indonesia berhemat dalam pengunakan dana mengingat sejak ajang ini dihelat di beberapa negara terjadi tren peningkatan.

Ketua Departemen Asian Games OCA Haider Farman mengatakan kenaikan dana pelaksanaan Asian Games ini akan memberikan kesan negatif sehingga menurunkan minat negara-negara di Asia menjadi tuan rumah.

Hal ini terbukti dengan mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games 2018, sehingga OCA memutuskan dialihkan ke negara lain yakni Indonesia.

"Berdasarkan riwayat ini, Indonesia harus berjuang untuk menekan seminimal mungkin pengeluaran karena Asian Games ini sejatinya digelar untuk rakyat, jika fasilitas yang megah dibangun tapi tidak bisa dimanfaatkan rakyat, lantas untuk apa," kata dia.

Jika perlu, ia melanjutkan, pemerintah Indonesia membatasi pengeluaran sehingga tidak melebihi perhelatan Asian Games di Incheon (Korea Selatan) tahun 2014 yang menghabiskan dana sekira dua triliun won atau sekitar 2 miliar dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, Indonesia memperkirakan bakal mengeluarkan Rp7 trilun untuk menyelenggarakan ajang yang kali pertama kali digelar di Indonesia tahun 1962 ini.

"Jika bisa, Asian Games di Indonesia harus lebih murah 30 persen dari Asian Games Incheon, itulah mengapa OCA sangat senang jika kota-kota yang diproyeksikan sebagai penyelenggara sudah memiliki arena olahraga berkelas internasional, seperti Palembang. Sehingga Indonesia tidak perlu membuat yang baru karena akan menyedot dana yang sangat besar," kata dia.

Terkait dengan dana yang besar ini, Wakil Dewan Kehormatan OCA Wei Jizhong mengatakan hingga kini pemerintah Indonesia belum menyatakan kesiapan dana yang dimiliki sebagai wujud dari keseriusan sebagai penyelenggara.

Sebagai otoritas yang memastikan pelaksanaan Asian Games sesuai perencanan, OCA mengharapkan pemerintah Indonesia segera memiliki rekening khusus untuk menampung asupan dana.

Dana ini dapat diperoleh dari beragam sumber, dari pemerintah, kalangan swasta, hingga bantuan dari masyarakat.

"Dana yang dibutuhkan sangat besar sekali, dan ini sangat memberatkan jika tidak disiapkan dari jauh-jauh hari. Sebaiknya, dana yang sudah dialokasikan disimpan di bank sebagai bukti keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games," kata dia.

Mengenai dana ini, Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu sempat menyatakan bahwa pemerintah akan menekan seminimal mungkin penggunaan dana APBN dan APBD untuk Asian Games, tapi lebih mengedepankan dana dari pihak swasta.

Persoalan terburu-burunya pekerjaan fisik akibat kekurangan dana juga sempat terjadi di Incheon, Korea Selatan ketika Negeri Gingseng itu menjadi penyelenggara tahun 2014. Namun, keadaan ini dapat teratasi berkat koordinasi yang baik dari pihak terkait dengan otoritas lokal.

Nah, bagaimana dengan Indonesia, mampukah bangsa ini mengatasinya jika mendapatkan masalah serupa seperti Korsel ?.

Kini, waktu tersisa masih 900 hari lebih, alangkah lebih baiknya jika memilih untuk berpacu seiring waktu dibandingkan lari terbirit-birit karena waktu sudah menghampiri.