Indonesia-Rusia jajaki kerja sama intelijen

id jokowi, presiden jokowi, dewan keamanan rusia, indonesia rusia, intelijen, Luhut Binsar Pandjaitan

 Indonesia-Rusia jajaki kerja sama intelijen

Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menkopolhukam Luhut Pandjaitan (dua kanan) dan Gubernur Sumatra Selatan saat menuju VIP Bandara Sultan Mahmud (SMB) II, Palembang, Sumsel. (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/15/den)

Jakarta, (ANTARA Sumsel) - Presiden Joko Widodo dan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev telah menjajaki kerja sama di bidang intelijen untuk mengatasi isu keamanan dan pertahanan.

"Tidak ada salahnya juga kalau kita berbagi intelijen dengan mereka. Bentuknya ada pertukaran mungkin 'training' dan peralatan serta hal lain," kata Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan ditemui di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu.

Presiden Jokowi serta sejumlah menteri dan pejabat terkait di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly serta Kapolri Jenderal Badrodin Haiti telah melakukan pertemuan bersama Nikolai yang didampingi oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikail Galuzin di Istana Merdeka, Jakarta yang membahas kerja sama pertahanan dan keamanan.

Menurut Luhut, sebelumnya Indonesia kurang melakukan kerja sama intelejen bersama Rusia dengan mengatakan terlalu banyak kerja sama dengan negara barat.

"Bisa saja pertukaran informasi kalau dibutuhkan apalagi kalau menghadapi narkoba, menghadapi terorisme atau ancaman lain," jelas Luhut terkait bentuk kerja sama intelejen dengan Rusia.

Luhut juga memuji kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh badan intelijen Rusia.

Sementara itu, terkait kerja sama alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia-Rusia telah menjajaki kemungkinan pembelian senjata dengan usulan dari TNI.

"Tentu tidak lepas dari usulan TNI karna TNI yang paling berkepentingan atau sebagai pengguna. Jadi tidak harus 'top-down' tapi 'bottom-up' saya kira harus menjadi salah satu persayaratan," kata Luhut.

Selain itu, kerja sama alutsista bersama Rusia juga harus mengutamakan transfer teknologi bagi industri alutsista dalam negeri.

Luhut menilai seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik, maka anggaran untuk pertahanan dan Polri akan semakin besar sehingga berpotensi untuk mengembangkan industri strategis dalam negeri.

"Dalam konteks itu, kita buka peluang kerja sama dengan industri pertahanan mereka," jelas Menko.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada Selasa (9/2) berencana mengunjungi Negeri Tirai Besi pada Maret 2016 untuk membicarakan kerja sama pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) terutama mengenai pembelian pesawat tempur multifungsi Sukhoi Su-35.

Ryamizard mengatakan Indonesia berencana membeli delapan-10 pesawat tempur tersebut.