Mendorong efisiensi biaya Asian Games

id asian games, tuan rumah asian games, dewan olimpiade asia, oca

Mendorong efisiensi biaya Asian Games

Sejumlah komite eksekutif Komite Olimpiade Indonesia menijau Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Sabtu, untuk memastikan kesiapan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 tahun 2018. (Foto Antarasumsel.com/16/Nova Wahyudi)

....Mau pilih mana, yang baru akan membangun atau yang sudah ada?....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengharapkan Indonesia dapat menekan biaya penyelenggaraan Asian Games dengan tidak membangun arena olahraga baru, tetapi lebih mengutamakan perbaikan dan perenovasian.

Dengan begitu, biaya pelaksanaan Asian Games dapat lebih murah sehingga menumbuhkan semangat negara-negara di Asia untuk menjadi tuan rumah pada masa mendatang.

Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia Doddy Iswandi saat berkunjung ke Palembang, Sabtu (19/3), mengatakan bahwa Indonesia berupaya mengikuti keinginan tersebut dengan dengan menganggarkan dana sebesar Rp10 triliun atau hanya separuh Asian Games di Incheon pada tahun 2014.

"Hal ini juga yang melantari KOI untuk mempertimbangkan kembali keinginan Sumatera Selatan menambah cabang olahraga Asian Games karena jika ingin efisien dari sisi dana, tentunya dengan tidak membangun yang baru," kata Doddy.

Seperti diketahui bahwa di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, sudah berdiri sejumlah arena olahraga bertaraf internasional, di antaranya Stadion Akuatik, Stadion Tenis, dan Gedung Olahraga Conoco Philips yang dijadikan arena senam pada SEA Games tahun 2011.

"KOI mempertimbangkan ini dan Sumatera Selatan masih bisa memperjuangkannya," kata dia.

Seperti diketahui pada Rapat Koordinasi Komite III di Jakarta pada tanggal 31 Januari 2016 diputuskan bahwa Sumsel hanya kebagian 11 cabang olahraga dari 37 yang akan dipertandingkan.

Cabang olahraga itu, di antaranya sepak bola untuk babak penyisihan, kano/kayak, bola voli untuk babak penyisihan, dayung, menembak, triatlon, bola basket untuk babak penyisihan, sepak takraw, olahraga panjat tebing, tenis untuk babak penyisihan, dan soft-tenis untuk babak penyisihan.

Pembagian cabang ini konon membuat Sumsel kurang puas karena sedari awal membidik cabang olahraga bergengsi, seperti atletik, renang, dan tenis lapangan, bahkan keinginan menggelar upacara penutupan Asian Games pun menjadi pupus setelah ditolak OCA.

Namun, hasil ini belum final menurut Doddy karena pada penetapan akhir pembagian cabang olahraga akan dilakukan OCA pada Rapat Koordinasi Komite di Bali pada bulan Mei 2016.

Menurut Doddy, peluang Sumsel untuk menambah cabang olahraga sangat terbuka asalkan Sumsel dapat membuktikan kesiapan dari berbagai sisi.

Hal itu berkaitan dengan kapasitas wisma atlet, yakni sebanyak 8.000 atlet dan kondisi arena olahraga yang akan digunakan apakah harus membuat baru atau sekadar perbaikan.

"Keputusan ini juga harus mempertimbangkan waktu 2 tahun yang tersisa, seperti diketahui bahwa Jakarta baru memulai pembangunan dan perenovasian pada bulan Juni ini, sementara kondisi yang eksis di Palembang justru sudah ada," katanya.

Wakil Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia Muddai Madang menambahkan bahwa sejumlah anggota komite eksekutif KOI sudah didatangkan ke Palembang untuk melihat langsung kondisi terbaru di Jakabaring.

Rombongan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Umum KOI Muddai Madang mengunjungi wisma atlet, Stadion Menembak, Stadion Akuatik, Gedung Olahraga Senam Conoco Philips, dan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.

Para petinggi KOI ini melihat langsung kamar yang akan dijadikan tempat atlet menginap yan terletak di salah satu blok rusunawa atlet Jakabaring. Saat ini, pembangunan tiga blok rusunawa sudah mencapai 90 persen.

Sebuah kamar contoh berukuran 6 x 6 meter sudah dilengkapi sarana dan prasarana seperti tempat tidur, pendingin udara, kursi tamu, dinding sudah dilapisi wall paper, hingga sebuah lukisan rumah limas sudah terpajang di dalamnya.

Kemudian, ketika mengunjungi ruang makan atlet yang berada di satu kompleks dengan wisma atlet, Asisten III Pemprov Sumsel Ahmad Najib mengatakan bahwa Sumsel siap menambah kapasitas dari 1.500 atlet menjadi 2.500 atlet.

Usai mengamati kamar atlet, rombongan pun menuju Gedung Olahraga Senam Conoco Philips.

Menurut Muddai Madang, tidak dibutuhkan lagi banyak penambahan jika nantinya gedung Conoco Philips ini diproyeksikan untuk pertandingan senam Asian Games.

"Tinggal diperbaiki sedikit saja, gedung sudah sangat memadai dari sisi kapasitas," kata Muddai.

Begitu pula ketika masuk ke Stadion Akuatik, jajaran komite eksekutif KOI ini menilai Sumsel layak untuk menggelar pertandingan renang saat Asian Games mendatang.



    GOR Efisien

Mantan atlet judo nasional Krisna Bayu yang juga ikut dalam rombongan mengatakan bahwa sudah saatnya pembangunan gedung olahraga di Indonesia harus seefisien mungkin sehingga dapat melingkupi beberapa cabang olahraga seperti yang dilakukan beberapa negara maju.

"Berdasarkan pengalaman saya mengikuti 13 SEA Games, empat Asian Games, dan tiga Olimpiade, mereka membuat sebuah gedung olahraga bela diri yang sangat luas, tetapi di dalamnya yang bisa digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga sekaligus, setidaknya tiga," kata Krisna di Palembang, Sabtu.

Ia dijumpai dalam kegiatan kunjungan Komite Olimpiade Indonsia di Palembang terkait dengan pembagian cabang olahraga Asian Games jelang rapat Koordinasi Komite di Bali, 10 hingga 12 Mei 2016.

Menurut dia, Indonesia sepatutnya juga mencontoh hal tersebut di tengah rencana pembangunan beberapa arena olahraga untuk menunjang peran sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 tahun 2018.

Seperti diketahui bahwa Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengharapkan tuan rumah Asian Games dapat menekan biaya penyelenggaraan dengan tidak membangun arena baru, tetapi hanya memperbaik dan merenovasi venue yang ada mengingat terjadi tren kenaikan setiap pelaksanaan.

"Dari pada membangun gedung olahraga yang kecil, lebih baik membangun yang besar sekalian supaya bisa menampung pertandingan beberapa cabang olahraga, seperti yang dilakukan Singapura, Jepang, dan Korea," kata anggota Komisi Atlet KOI ini.

Gedung yang dibangun negara tersebut, menurut dia, setidaknya seluas lapangan bola dengan dilengkapi tempat duduk penonton yang tidak dipasang permanen (knockdown).

"Jadi, gedung yang dibangun ini akan multiguna, bisa juga dipakai untuk konser atau lainnya. Jika mengambil contoh, seperti gedung Jakarta Hall Conference Center," kata Krisna.

Sementara itu, Asisten III Pemerintah Provinsi Sumsel Ahmad Najib mengatakan bahwa sementara ini Sumsel memiliki gedung yang cukup representatif seperti yang dikatakan Krisna, yakni Gedung Sriwijaya Promotion Center.

"Gedung ini terletak di kawasan Jakabaring dan sering digunakan untuk arena pameran. Jika Sumsel dipercaya KOI menggelar pertandingan olahraga bela diri, gedung ini akan diproyeksikan," kata Najib.

Sebelumnya, Ketua Departemen Asian Games OCA Haider Farman saat berkunjung ke Palembang beberapa waktu lalu sangat mengharapkan Indonesia dapat hemat dalam menyelenggarakan Asian Games.

Kenaikan dana pelaksanaan Asian Games itu akan memberikan kesan negatif sehingga menurunkan minat negara-negara di Asia menjadi tuan rumah.

Hal itu terbukti dengan mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games 2018 sehingga OCA memutuskan dialihkan ke negara lain, yakni Indonesia.

"Berdasarkan riwayat ini, Indonesia harus berjuang untuk menekan seminimal mungkin pengeluaran karena Asian Games ini sejatinya digelar untuk rakyat. Jika fasilitas yang megah dibangun, tidak bisa dimanfaatkan rakyat, lantas untuk apa?" katanya.

Jika perlu, kata dia, pemerintah Indonesia membatasi pengeluaran sehingga tidak melebihi perhelatan Asian Games di Incheon (Korea Selatan) tahun 2014 yang menghabiskan dana sekitar dua triliun won atau sekitar dua miliar dolar Amerika Serikat atau 20 triliun rupiah.

Sementara itu, Indonesia diperkirakan bakal mengeluarkan Rp7 triliun sampai Rp10 triliun untuk menyelenggarakan ajang yang kali pertama kali digelar di Indonesia tahun 1962 ini.

"Jika bisa, Asian Games di Indonesia harus lebih murah 30 persen dari Asian Games Incheon, itulah mengapa OCA sangat senang jika kota-kota yang diproyeksikan sebagai penyelenggara sudah memiliki arena olahraga berkelas internasional, seperti Palembang. Oleh karena itu, Indonesia tidak perlu membuat yang baru karena akan menyedot dana yang sangat besar," katanya.

Mengenai dana itu, Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu sempat menyatakan bahwa pemerintah akan menekan seminimal mungkin penggunaan dana APBN dan APBD untuk Asian Games, tetapi lebih mengedepankan dana dari pihak swasta.

Hingga kini, rencana renovasi arena dan pembangunan wisma atlet di Jakarta belum berjalan karena direncanakan akan dimulai pada bulan Juni 2016.

Wisma atlet di Jakarta ditargetkan menyediakan tempat menginap bagi 14.000 atlet yang terdiri atas tujuh menara apartemen dengan tinggi 24 hingga 32 lantai.

Selain membangun wisma atlet, Jakarta sebagai kota utama juga telah menyanggupi akan membangun arena balap sepeda (velodrome), arena pacuan kuda (equestrian), arena akutik, dan perenovasian Stadion Gelora Bung Karno.

"Mau pilih mana, yang baru akan membangun atau yang sudah ada?" kata Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin ketika ditanya kesiapan menjadi tuan rumah Asian Games.