BKKBN gencar promosikan metode kontrasepsi jangka panjang

id bkkbn sumsel, ary goedadi, alat kontrasepsi, intra uterine device, keluarga berencana

BKKBN gencar promosikan metode kontrasepsi jangka panjang

Seorang petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan sejumlah alat kontrasepsi di Jakarta, Selasa (29/12) (ANTARA FOTO)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan gencar mempromosikan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yakni implant dan Intra Uterine Device (IUD).

Kepala Pewakilan BKKBN Sumsel Ary Goedadi di Palembang, Senin, mengatakan, setiap diadakan pelayanan kesehatan gratis selalu tak lupa memperkenalkan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

"Alat kontrasepsi yang dikenal masyarakat sudah cukup banyak mulai dari suntik, pil, spiral, implant. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, BKKBN gencar memperkenalkan spiral dan implant yang memiliki keunggulan dari sisi waktu karena bisa lebih lama. Tidak seperti suntik dan pil yang harus dikonsumsi secara periodik," kata Ary.

Ia mengemukakan metode ini sangat dianjurkan bagi perempuan yang ingin jarak kehamilan relatif jauh setelah kelahiran anak pertama.

"MKJP ini jauh lebih aman, efektif, dan efisien karena memiliki rentang waktu yang lama yakni implant selama tiga tahun dan IUD bisa sampai 10 tahun," kata Aan.

Sehingga, secara kesehatan akan lebih aman, mengingat ke dalam tubuh aseptor tidak dimasukkan zat antibiotik secara periodik seperti saat menggunakan kontrasepsi KB jenis pil atau suntik.

"Satu lagi yang penting, penggunaan pil dan suntik rentan sekali karena jika lupa maka bisa `kebobolan`," ujar dia.

Sumatera Selatan sempat menyandang peringkat sebagai "ratu suntik" karena tingginya penggunaan alat kontrasepsi jenis tersebut.

Namun, seiring dengan gencarnya sosialisasi mengenai MKJP, saat ini jumlah aseptor yang menggunakan implant dan Intra Uterine Device atau spiral bergerak naik sejak 2014.

Sementara itu, Program Kependudukan dan Keluarga Berencana belum berjalan dengan semestinya berdasarkan hasil Survey Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, mengingat terjadi peningkatan jumlah total angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).

Angka TFR tercatat 2,6 per wanita usia subur (dalam 10 wanita usia subur terdapat 26 anak yang terlahirkan) atau menyamai catatan SDKI 2007 atau terjadi stagnan.