BMKG: cuaca Sumsel berawan hingga hujan ringan

id bmkg, cuaca, kemarau

BMKG: cuaca Sumsel berawan hingga hujan ringan

Kasi Data dan Informasi Staklim Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama. (Foto Antarasumsel.com/15/Yudi Abdullah)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Kondisi cuaca di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu diprakirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berawan hingga berpeluang turun hujan dengan intensitas ringan.

"Berdasarkan pemantauan melalui satelit cuaca, hari ini sembilan kota diprakirakan berawan, dan delapan kota lainnya berpeluang hujan dengan intensitas ringan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama, di Palembang, Rabu.

Menurut dia, kesembilan kota di provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa itu yang diprakirakan berawan yakni Kota Palembang, Baturaja, Muaraenim, Talangubi, Musirawas, Muararupit, Martapura, Muaradua, dan Prabumulih.

Sedangkan delapan kota lainnya yang diprakirakan hujan ringan yakni Kota Kayu Agung, Lahat, Sekayu, Pangkalanbalai, Indralaya, Tebingtinggi, Pagaralam, dan Lubuklinggau.

Kota yang diprakirakan berawan itu memiliki suhu udara berkisar 23-34 derajat Celsius, kelembapan udaranya berkisar 56-97 persen, kecepatan angin sekitar 15 kilometer per jam, dengan arah angin daerah tersebut seluruhnya menuju tenggara.

Kemudian kota yang diprakirakan hujan ringan memiliki suhu udara berkisar 22-34 derajat Celsius, kelembapan udara berkisar 56-98 persen, kecepatan angin sekitar 15 km/jam dengan arah angin daerah ini menuju tenggara, katanya.

Dia menjelaskan, memasuki musim kemarau Juli 2016 ini diprakirakan masih terdapat cukup banyak hujan atau sering disebut kemarau basah.

"Beberapa pekan terakhir Kota Palembang dan daerah Sumsel lainnya sering turun hujan. Kondisi ini disebabkan kelembapan yang tinggi di wilayah Indonesia dan fenomena La Nina atau gejala gangguan iklim yang diakibatkan penurunan suhu permukaan laut Samudera Pasifik," ujarnya.

Fenomena La Nina terjadi karena angin passat bertiup dengan kencang dan terus menerus melewati Samudera Pasifik menuju Australia.

Angin Passat ini akan mendorong lebih banyak air hangat di Samudera Pasifik menuju Australia Utara sehingga hujan banyak turun di Samudera Pasifik Barat, Australia Utara, dan Indonesia.

Dalam kondisi kemarau basah tahun ini, kemungkinan terjadinya titik api atau "hot spot" yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan penyebab bencana kabut asap relatif kecil, namun penyebab bencana itu harus tetap diwaspadai, kata Indra.

Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Yulizar Dinoto menjelaskan bahwa untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang parah seperti musim kemarau 2015, pihaknya berupaya meningkatkan pemantauan kawasan hutan dan lahan di sejumlah daerah rawan terbakar.

"Untuk mencegah terjadinya bencana kabut asap pada tahun ini, memasuki musim kemarau tahun ini, kegiatan pemantauan kawasan hutan dan lahan rawan terbakar lebih ditingkatkan dengan melakukan operasi udara dan darat," ujarnya

Untuk melakukan operasi udara, pihaknya menggunakan dua unit helikopter sedangkan operasi darat pihaknya dibantu personel TNI, Polri, kelompok masyarakat peduli api serta Manggala Agni.

Kegiatan operasi itu dilakukan di sejumlah kabupaten yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin, ujar Yulizar.