Gerakan Indonesia beradab sampaikan protes pidato Menag

id Gerakan Indonesia Beradab, GIB, isu, lgbt, lesbian, gay, bisexual, transgender, menag, Lukman Saifuddin

Gerakan Indonesia beradab sampaikan protes pidato Menag

Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin (Foto Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/16/den)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Gerakan Indonesia Beradab (GIB) merasa khawatir dengan perkembangan gerakan dan isu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer) memprotes keras pernyataan Menteri Agama Lukman Saifuddin yang disampaikan baru-baru ini dan menyatakan pidatonya telah melenceng dari tugas dan fungsinya sebagai menteri agama.

Dalam siaran persnya yang diterima Antara di Jakarta, Rabu, GIB juga menyatakan pidato Menteri Lukman Saifudin bertentangan dengan kebijakan Presiden sebagaimana ditegaskan oleh juru bicara Presiden pada 11 Agustus 2016 yang secara tegas menyebutkan "bahwa LGBT sebagai gerakan yang mempengaruhi pihak lain untuk mengikuti seperti mereka, maka tidak ada ruang di Indonesia.

GIB yang merupakan komponen anak bangsa dan himpunan dari 206 organisasi kemasyarakatan menyatakan kehadiran dan substansi pidato kebudayaan Menteri Agama dalam acara yang dirangkai dengan penghargaan untuk pelaku LGBTIQ merupakan dukungan secara terang benderang terhadap gerakan LGBT yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang Menteri Agama.

Selain itu, tindakan Menteri Agama tersebut bertolak belakang dengan pernyataannya sendiri pada rapat antara Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama pada 17 Pebruari 2016.

Dalam rapat tersebut, Menteri Agama menyatakan LGBT sebagai "masalah sosial yang mengancam kehidupan beragama, ketahanan keluarga, kepribadian bangsa, serta ancaman potensial terhadap sistem hukum perkawinan di Indonesia".

Dikatakan, pada rapat itu pula Menteri Agama menegaskan bahwa "masalah LGBT mengancam generasi penerus dan ancaman bagi kehidupan bangsa Indonesia yang relijius".

Dalam siaran pers GIB yang menyebut salah seorang presidiumnya Dr. Bagus Riyono, menilai tindakan Menteri Agama ini sebagai manuver yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepantasan dan sangat memalukan dari lembaga eksekutif terhadap nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai fundamental kehidupan bangsa, sila pertama Pancasila, yang semestinya dijaga keluhuran dan kelestariannya oleh seluruh rakyat Indonesia, terlebih oleh lembaga bernama Kementerian Agama.

Menanggapi protes keras dari GIB tersebut Menteri Agama Lukman Saifuddin menyatakan bahwa AJI tidak secara terbuka memberikan keterangan bahwa dalam acara tersebut akan ada pemberian penghargaan pada organisasi LGBTIQ, seperti yang disampaikan via sms kepada GIB, sebagai berikut:
"Saya diminta menyampaikan orasi kebudayaan dalam ultah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-22. Ternyata dalam acara itu juga diberikan tiga award, (Tasrif Award utk kategori lembaga/komunitas yg paling gigih memperjuangkan hak2nya, Udin Award untuk wartawan yang paling gigih, dan SK Trimurti Award utk perempuan yang gunakan media untuk berjuang).

"Saya dan semua hadirin tak ada yang tahu siapa yang akan mendapatkan award di masing-masing kategori itu, sampai diumumkan pada malam itu. Ternyata yang menjadi pemenang memperoleh Tasrif Award adalah Komunitas LGBTIQ dan IPT.

"Saya tentu tak bisa intervensi apapun terhadap penetapan award yang masing-masing dilakukan oleh tim penilai tersendiri. Saya menyampaikan orasi sama sekali tak menyinggung para pemenang award tsb".

Penjelasan Menteri Agama tersebut mengindikasikan bahwa AJI telah menjebak Menteri Agama untuk kepentingan mereka padahal sikap Menteri Agama yang sesungguhnya adalah yang disampaikan di Komisi VIII DPR-RI.

Untuk itu GIB menghimbau Menteri Agama supaya lebih berhati-hati dalam mendatangi undangan dari organisasi seperti AJI yang tidak transparan dalam menyatakan maksudnya.

GIB mendorong Menag untuk secara terbuka memprotes keras AJI yang telah mendesain acara sedemikian rupa, sehingga memunculkan kesan bahwa Menag memberikan dukungan bagi LGBTIQ.

"Protes tersebut perlu Menag kemukakan untuk memastikan agar kehadiran dan pidato kebudayaannya pada acara AJI tersebut tidak disalahtafsirkan dan disalahgunakan oleh kaum LGBTIQ sebagai bentuk dukungan apalagi apresiasi terhadap LGBTIQ," demikian siaran pers GIB.