Produksi madu di Lombok Utara anjlok

id madu, harga madu, lebah madu, lombok utara

Produksi madu di Lombok Utara anjlok

Ilustrasi - Petani madu lebah (FOTO ANTARA)

Lombok Utara (ANTARA Sumsel) - Ketua Asosiasi Madu Rinjani Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Syarifuddin, mengatakan produksi madu Apis Cerana yang dibudidayakan anggotanya anjlok akibat cuaca ekstrem dan banyaknya stupe yang hancur.

"Pada 2015 produksi mencapai lebih dari 4.000 botol, namun tahun ini produksi baru mencapai 636 botol," kata Ketua Asosiasi Madu Rinjani Lombok Utara (Asmalora) Syarifuddin, di Lombok Utara, Sabtu.

Pada musim hujan, kata dia, lebah madu Apis Cerana tidak berani keluar dari "stup" (rumah lebah madu terbuat kayu) untuk mencari makan di alam bebas karena jika terkena air hujan akan jatuh kemudian mati.

Lebah madu akhirnya memakan cairan madu yang diproduksi di dalam stupe untuk bisa bertahan hidup.

Kondisi tersebut, kata Syarifuddin, diperparah dengan banyaknya "stup" yang hancur karena usianya sudah cukup lama, yakni dibuat pada 2008.

"Ada 425 stup yang digantung di lahan perkebunan milik 32 anggota kelompok kami, semuanya dibuat pada 2008," ujarnya.

Menurut dia, madu Apis Cerana sangat diminati masyarakat, namun produksinya yang terbatas, bahkan semakin berkurang. Sebab, budidayanya sangat tergantung pada kondisi alam.

Madu tersebut dipasarkan melalui dua instansi yang menjadi mitra, yakni Koperasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, dan kantor Kelompok Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat. Ada juga melalui toko Titian Hidayah di Kota Mataram.

Harga jual madu Apis Cerana Rp130.000 per botol ukuran 500 mililiter (ml). Meskipun harga mencapai ratusan ribu rupiah, permintaannya relatif tinggi, namun barang terbatas.

"Madu Apis Cerana cukup banyak penggemarnya, kami sampai kewalahan memenuhi permintaan, tapi kendalanya produksi masih sangat terbatas," ucap Syarifuddin.    
Produksi yang anjlok menyebabkan pendapatan anggota kelompok Asmalora menurun drastis. Asmalora merupakan bagian dari kelompok masyarakat pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) Santong, Kabupaten Lombok Utara.

Untuk mengatasi pendapatan yang semakin berkurang, kata Syarifuddin, pihaknya mencoba membudidayakan madu dari jenis lebah Trigona, namun produksinya relatif lama, meskipun penempatan stup bisa dilakukan di pekarangan rumah.

Budi daya lebah madu Trigona mulai dilakukan secara masif pada 2015. Sebanyak 1.000 stup sudah terpasang di rumah-rumah anggota, namun produksinya baru mencapai 412 botol ukuran 500 ml.    
"Tapi permintaan madu Trigona tidak selaris madu Apis Cerana. Padahal harganya sama, yakni Rp130.000 per botol," ucapnya.

Pengembangan madu Trigona, kata dia, dibantu oleh World Wildlife Fund (WWF) Wilayah Nusa Tenggara, dengan memberikan dana bantuan untuk pembuatan 2.000 stup. Nilai bantuan satu unit stup Rp150.000.

Syarifuddin juga berharap pemerintah daerah memberi perhatian terhadap usaha budi daya lebah madu yang sudah menjadi komoditas unggulan NTB.