Ayah dan anak Afghanistan bersepeda keliling dunia pesan perdamaian

id keliling dunia, bersepeda, pesan perdamaian, perdamaian

Ayah dan anak Afghanistan bersepeda keliling dunia pesan perdamaian

Ilustrasi - Dua petualang bersepeda asal Perancis Vincent dan Fanny Caritte melintas di Tiban, Sekupang, Batam, Senin (10/3). (FOTO ANTARA)

...Saya berusaha bersama putra saya untuk memanfaatkan kekuatan olahraga guna mendorong perdamaian. Kami mengunjungi 16 negara untuk menyampaikan pesan perdamaian...
Kabul (Antara/Xinhua-OANA) - "Afghanistan telah menderita dalam kobaran api perang dan konflik selama 38 tahun dan asap amunisi telah menyelimuti langit sementara peluru, bukan hujan, 'turun dari langit'," kata Nadir Shah Nangarhari, pesepeda dari Afghanistan.
       
"Kita harus menggunakan semua sumber daya kita guna mendorong perdamaian," kata Nangarhari kepada Xinhua.
       
Dengan ditemani putranya, Feroz Khan, Nangarhari memulai perjalanan keliling dunia pada pertengahan Juli 2015. Ia bersepeda sejauh 11.000 kilometer dari Istanbul di Turki, untuk sampai ke Markas PBB di New York, AS, pada Mei tahun ini.
       
"Saya berusaha bersama putra saya untuk memanfaatkan kekuatan olahraga guna mendorong perdamaian. Kami mengunjungi 16 negara untuk menyampaikan pesan perdamaian kepada setiap orang yang kami temui. Kami memberitahu semua orang di dunia bahwa rakyat Afghanistan tak mengingini perang dan kami setiap hari dilanda ketakutan terhadap pemboman dan ledakan. Kami memberitahu mereka bahwa perang telah dipaksakan atas kami," kata Nangarhari.
       
Kedua olah-ragawan Afghanistan tersebut, yang disambut oleh beberapa pejabat baru-baru ini, menyerahkan sepeda mereka kepada Museum Nasional Afghanistan untuk dipajang guna membantu pengunjung mengetahui perjalanan petualangan mereka.
       
"Kami telah memperlihatkan kepada semua orang di belahan lain dunia mengenai Afghanistan, yang tak bisa dilihat dalam berita harian yang mereka terima. Kami memberitahu mereka bahwa kami mencintai olah raga dan kami memiliki kekayaan budaya dan kami menentang perang dan menentang setiap jenis korupsi dan kami menentang narkotika," kata Nangarhari, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
       
Saat mengunjungi Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada pertengahan Mei, ayah dan anak itu menyerahkan kepada Ban Ki-moon mantel tradisional bersulam sutra yang terkenal dan dinamakan "Chapan". Mantel tersebut secara khas dipakai oleh mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai.
       
"Saya sangat terkejut setelah mengunjungi Ban Ki-moon di New York. Kami memberi dia Chapan, dan kami memberitahu dia bahwa rakyat Afghanistan sudah lelah dengan perang dan kekerasan dan rakyat Afghanistan sudah jemu dengan pembunuhan serta ledakan," kata Feroz Khan (18) kepada Xinhua.
       
Khan mengatakan ia berharap pada suatu hari kestabilan akan kembali ke negerinya.
       
"Saya merasa besar hati setelah pemimpin PBB memberitahu saya bahwa Afghanistan tidak sendirian dan itu takkan terjadi tanpa bantuan dan Afghanistan akan mendapat dukungan masyarakat internasional," katanya.
       
Gerilyawan Taliban, yang menguasai negeri tersebut sebelum mereka digulingkan pada penghujung 2001, telah memperbarui perlawanan bersenjata mereka. Gerilyawan itu melancarkan penyergapan dan serangan bunuh diri, serta menewaskan tentara serta warga sipil.
       
Sejak 1 Januari 2015 pasukan keamanan Afghanistan telah memikul tanggung jawab penuh keamanan dari NATO dan pasukan Amerika Serikat setelah tentara asing mengalihkan misi mereka dari misi tempur ke peran pendukung --yang dipusatkan pada pelatihan, pemberian saran dan bantuan buat pasukan Afghanistan.
       
Lebih dari 2.560 warga sipil tewas dan lebih dari 5.830 lagi cedera antara 1 Januari dan 30 September tahun ini dalam peristiwa yang berhubungan dengan konflik di seluruh Afghanistan, demikian data terkini yang disiarkan oleh misi PBB di negeri tersebut.
       
"Kami cuma menghendaki perdamaian, pendidikan, olah raga dan persatuan di Afghanistan," kata Khan.
       
Sejak ambruknya rejim Taliban pada penghujung 2001, atlet Afghanistan telah ikut dalam beberapa kompetisi di tingkat regional dan internasional dan mulai membawa pulang medali serta penghargaan ke negara mereka.