Alat pengasap ikan tanpa asap

id ikan, asap, alat pengasapan, Gibara, Alat inovatif

Alat pengasap ikan tanpa asap

Seorang pedagang ikan asap . (ANTARA FOTO/Nova wahyudi)

Terbayang bagaimana pengasapan ikan? Asap pekat memenuhi ruangan sehingga mata menjadi perih dan debu yang bertebaran di mana-mana.

Bukan hanya di ruangan, melainkan asap pekat juga menyebar ke rumah-rumah lain di lingkungan sekitar. Terlebih lagi, jika di wilayah tersebut menjadi sentra pengolahan ikan asap.

Mengganggu memang. Akan tetapi, itulah hal yang harus diterima saat pengasapan ikan berlangsung.

Terkait dengan kondisi tersebut, pemanfaatan teknologi tepat guna harus dilakukan sehingga hasilnya efektif, efisien, dan tentunya yang lebih penting adalah ramah lingkungan.

Berbagai pengembangan model alat pengasapan ikan memang sudah banyak dilakukan oleh sejumlah pihak. Kendati demikian, produk yang satu ini diharapkan bisa menjawab semua keluhan dan kekurangan pengasapan ikan serta peningkatan produktivitas hasil
Alat inovatif tersebut alat pengasap ikan ramah lingkungan yang dinamai Gibara ini sekilas berbentuk seperti lemari pendingin, dan memiliki banyak kelebihan dan akan sangat membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang pengasapan ikan dalam produksi.

Sang kreator, Stedi Yoga Santosa, menjelaskan bahwa alat pengasap ikan ini lebih ramah lingkungan karena tidak ada asap tebal yang keluar selama pengasapan serta menghasilkan produk tambahan berupa asap cair serta minyak.

Hasil produk tambahan berupa asap cair dan minyak itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan, pengawet kayu, pembasmi hama tanaman, dan bahan penggumpal karet.

"Karena alatnya berbahan 'stainless steel' dan pengasapannya tertutup, hasil ikan asap lebih bersih dan lebih steril dibanding menggunakan metode pengasapan secara tradisional," katanya.

Kematangan ikan asap lebih merata, pengasapan lebih cepat, penggunaan bahan bakar berupa sabut dan tempurung kelapa lebih efisien, serta mudah dalam pengoperasian dan perawatan.

"Ikan yang akan diasapi disusun pada rak pengasap dengan digantung atau disusun sejajar, kemudian tutup pintu ruang 'chamber' pengasap serta nyalakan kondensator dan api pada bahan bakar di tungku pengasap, sedangkan suhu pengasapan berkisar 50 sampai 70 derajat Celcius," ujarnya.

Bahan bakar pengasap bisa berupa sabut atau tempurung kelapa, pelepah daun kelapa atau potongan jenis kayu keras.

Menurut dia, pengasapan ikan membutuhkan waktu 1,5 hingga 2 jam atau disesuaikan dengan kebutuhan tingkat kematangan serta jenis ikan.

"Tambahan produk asap cair dan minyak bisa mencapai setengah liter dalam setiap pengasapan ikan," katanya.

Asap cair dihasilkan melalui kondensasi pada alat pengasap ikan saat pengasapan berlangsung.

"Asap panas keluar dari kotak pengasap melalui pipa menuju tabung kondenser yang akan dikondensasi atau pengembunan, dan hasilnya berupa asap cair dan minyak ikan selanjutnya ditampung pada tabung yang telah disediakan, sedangkan asap yang tidak terproses akan dialirkan kembali ke dalam kotak pengasap," ujarnya.

Kalau dikemas menggunakan plastik kedap udara, kata dia, ikan asap produksi alat pengasap ikan akan bertahan hingga 2 atau 3 bulan dan ini dinilai sangat menguntungkan.

Ketua Klaster Bandeng Kota Semarang Petrus Sugiyanto mengaku berminat menggunakan alat pengasap ikan ini dalam industri pengasapan ikan yang dikelolanya.

"Selaku pelaku pengolahan ikan, kami menilai alat pengasap ikan ini tepat guna karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan berupa asap yang mengganggu sekali, biasanya asap masih ke mana-mana dan di Jateng belum ada alat seperti ini," ujarnya.

Ia mengungkapkan kelemahan pengolahan ikan asap secara tradisional adalah kurang higienisnya hasil ikan asap karena faktor sarana pengasapan, penggunaan bahan bakar kayu yang besar sehingga boros, kematangan ikan asap tidak merata.

Selain itu, membutuhkan tempat pengasapan yang luas. Dari segi kesehatan, dapat mengganggu kesehatan mata, pernapasan, dan kulit, serta lingkungan di sekitar tempat pengolahan menjadi tercemar asap.

Petrus berpendapat bahwa alat pengasap ikan yang hak patennya telah diajukan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ini bisa dipakai oleh seluruh pelaku UMKM di bidang pengasapan ikan yang rata-rata memproduksi ikan asap 100 s.d. 150 kilogram per hari.

Apalagi, kata dia, harga alat pengasap ikan cukup terjangkau bagi kalangan pelaku UMKM yang tersebar di Jateng.

Alat pengasap ikan dengan kapasitas produksi 100 kg dijual dengan harga Rp25 juta, sedangkan yang berkapasitas 25 kg hanya dijual Rp12 juta.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Tegoeh Wynarno Haroeno meminta pemerintah provinsi setempat untuk mengembangkan sekaligus memproduksi massal alat pengasap ikan yang ramah lingkungan.

"Alat pengasap ikan ini merupakan salah satu penemuan fenomenal sebab memiliki banyak keunggulan dibanding alat yang sudah ada sebelumnya," katanya.

Ia merasa optimistis alat pengasap ikan akan disambut baik oleh para pelaku UMKM di bidang pengasapan ikan dari berbagai daerah.

"Ini sesuai dengan apa yang diinginkan Bapak Gubernur (Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, red.) supaya pemerintah bisa membantu pelaku UMKM, terutama di bidang pengasapan ikan," ujarnya.