Sumatera Selatan dipayungi inflasi rendah 2016

id ekonomi sumsel, inflasi, bps, bank indonesia, Hamid Ponco Wibowo

Sumatera Selatan dipayungi inflasi rendah 2016

Ilustrasi (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

Palembang (Antarasumsel.com) - Provinsi Sumatera Selatan dipayungi inflasi rendah pada 2016 setelah per November membukukan 2,95 persen atau diperkirakan berada di bawah target nasional 4,0 persen plus minus 1,0 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatear Selatan Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Selasa, mengatakan, jika tidak meleset maka Sumsel akan menutup inflasi tahun ini dikisaran 3,3---3,5 persen (year on year).

"Inflasi rendah ini karena peran aktif pemerintah dan para pemangku kepentingan secara bersama-sama menjaga kestabilan harga," kata Ponco yang juga ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

Ia mengatakan, berbagai upaya menjaga kestabilan harga yang dilakukan TPID difokuskan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang.

Untuk itu, TPID juga kerap melakukan operasi pasar, pasar murah dalam menghadapi hari besar keagamaan, warung sembako, pasar penyeimbang, toko tani, seta program inisiasi penanaman cabai di pekarangan rumah melalui program Urban Farming Kampung Cabai.

Selain itu, TPID juga melaksanakan kegiatan persuasif berupa iklan layanan masyarakat ajakan untuk berbelanja bijak yang disampaikan melalui media massa cetak dan elektronik.

Meskipun demikian, masih terdapat risiko inflasi yang berada di luar kendali TPID, di antaranya kenaikan tarif angkutan udara diperkirakan melonjak di saat libur panjang dan gangguan produksi bahan pangan terutama holtikultura akibat cuaca.

Untuk itu, Gubernur Sumatera Selatan pada 25 November lalu mengumpulkan para pelaku usaha untuk membantu pemerintah dalam penjaga kestabilan harga.

Selain meminta kemurahan hati para pelaku usaha, pemerintah juga sedapat mungkin menjaga pasokan barang, terutama kebutuhan pokok.

Hal ini terkait dengan bencana alam di sejumlah daerah pemasok di Jawa, termasuk di beberapa daerah Sumsel sendiri, seperti jalan putus akibat longsor.

Tim Pengendali Inflasi Daerah menyoroti sejumlah komoditas pertanian dan peternakan, seperti cabai, bawang dan telur ayam yang bergerak naik sejak Oktober 2016, dan komponen inflasi baru yakni rokok turut menyumbang kenaikan angka.

Realisasi inflasi Sumsel pada tahun 2013 mencapai 7,04 persen, 2014 sebesar 8,48 persen, dan 2015 sebesar 3,10 persen.

Pada 2015, pencapaian inflasi Sumsel lebih rendah dari nasional karena solidnya koordinasi diantara anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah.