Petani karet alih profesi

id petani karet, buruh bangunan, harga komoditas rendah, musim hujan, pindah profesi

Petani karet alih profesi

Seorang buruh penyadap karet melakukan penyadapan di kebun karet (Foto Antarasumsel.com/Feny Selly)

Pangkalpinang (Antarasumsel.com) - Petani karet di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beralih profesi menjadi buruh bangunan karena harga komoditas ini rendah.

"Harga karet rendah dan hasil sadapan juga kurang selama musim hujan ini," kata salah seorang petani karet, Dedi, di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menjelaskan saat ini harga karet di tingkat pedagang pengumpul masih Rp4.500 per kilogram. Harga karet yang rendah ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tinggi.

Selain itu, selama musim hujan ini hasil sadapan karet juga berkurang, biasanya mencapai 50 kilogram per minggu turun 15 hingga 20 kilogram per minggu.

"Kami terpaksa beralih menjadi kuli bangunan dengan upah Rp150.000 per hari," ujarnya lagi.

Demikian juga Basri, seorang petani karet lainnya di daerah itu yang mengeluhkan harga karet murah, sehingga ia harus berusaha mencari pemasukan lain untuk menambah penghasilannya guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Saat ini harga karet sangat rendah. Jika tidak berusaha mencari penghasilan lain tentu tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari," ujar dia lagi.

Ia mengatakan, jika hanya mengharapkan hasil dari getah karet tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

"Mudah-mudahan harga karet kembali naik, sehingga petani kembali bergairah merawat dan menyadap pohon karet," katanya pula.