Petani Sumsel senang harga karet stabil

id karet, petani, Tirtosari, harga karet, stabil, geliat ekonomi, komoditas ekspor

Petani Sumsel senang harga karet stabil

Petani memanen getah pohon karet di kawasan perkebunan karet . (Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/Ang)

Palembang (Antarasumsel.com) - Para petani di Desa Tirtosari Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan menyatakan senang, karena harga karet yang stabil kisaran Rp10.500 per kilogram dalam sebulan terakhir.

Salah seorang petani di desa tersebut Sulastri, Jumat, mengatakan, kenaikan harga karet dari semula Rp6.000 per kg telah menimbulkan kembali geliat ekonomi di kampungnya.

"Sebelumnya semua lesu, jalan-jalan kampung sepi. Kini sudah semarak lagi, mulai ramai ada sibuk dengan berbagai kegiatan," kata Sulastri.

Hal itu tergambar langsung, karena ketika wawancara dilakukan tampak sebuah mobil `box` melintas dengan membawa satu unit motor baru jenis matic yang ingin diantarkan ke pembelinya.

Sulastri mengatakan, sudah hampir tiga tahun, penduduk di kampungnya mengalami tekanan ekonomi, akibat jatuhnya harga komoditas ekspor ini.

Malahan, ada beberapa petani yang menebang batang karetnya untuk beralih menjadi petani sayur.

"Kalau saya tidak begitu, karena ada pemasukan lain dari jualan makanan kecil depan rumah," kata dia.

Sulastri memiliki lahan kebun karet seluas satu hektare, jika harga stabil di kisaran Rp10.500 per kg, maka dalam satu bulan akan mengantongi keuntungan bersih Rp3,5 juta.

Poniman, petani lainnya merupakan salah seorang petani karet yang terlanjur memutuskan beralih menjadi petani sayuran.

"Waktu itu saya lihat karet ini sudah tidak ada harapan lagi, harganya sampai lebih murah dari beras. Karena itu, saya putuskan ditebang diganti sayuran, padahal untuk memanen getah butuh enam tahun dari mulai tanam," kata dia.

Perkebunan karet merupakan urat nadi perekonomian di Sumsel sehingga sejak harga jatuh di pasaran ekspor membuat kegiatan ekonomi di daerah ini goyah. Salah satunya, industri perbankan yang memutuskan menghentikan penyaluran kredit ke sektor perkebunan karet, karena harga jatuh dari semula Rp15.000 menjadi Rp5.000 per kg.