Kebutuhan cabai di Palembang 25 ton perhari

id cabai, pasokan, Permana, Kepala Dinas Perdagangan, harga cabai, pasar induk Jakabaring

Kebutuhan cabai di Palembang 25 ton perhari

Ilustrasi - Pedagang cabai di pasar tradisional (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/Ag/16)

Palembang (Antarasumsel.com) - Kebutuhan masyarakat terhadap cabai di Kota Palembang sekitar 25 ton perhari, sementara pasokan hanya sebanyak 10 ton, kata Kepala Dinas Perdagangan Sumatera Selatan Permana, Jumat  terkait tingginya harga cabai dalam beberapa pekan terakhir ini.

Menurut dia, harga cabai tinggi bukan di Palembang saja, tetapi juga di beberapa daerah lain.

Khusus di Pasar Induk Jakabaring Palembang harga cabai Rp58 ribu hingga Rp60 ribu perkilogram, namun setelah masuk dilima pasar tradsional di kota itu menjadi Rp82 ribu, bahkan cabai burung yang diminati masyarakat lebih tinggi lagi yaitu mencapai Rp120 ribu per kilogram, padahal di pasar induk Jakabaring hanya Rp90 ribu per kilogram.

"Dengan begitu berarti ada disparitas harga yang jaraknya sangat dekat, tetapi harganya melonjak, karena itu perlu ada upaya-upaya untuk mengantisipasi menekan harga itu," katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah dalam hal ini Dinas Perdagangan, Bulog dan Bank Indonesia selaku ketua tim pengendali inflasi daerah (TPID) melakukan uji coba selama dua atau tiga hari dengan operasi pasar.

Ia mengatakan, apabila harga belum juga turun di lima pasar tradisional di Palembang, maka akan dilakukan secara terus menerus operasi pasar bahkan lebih besar lagi.

"Kami akan melihat di lima pasar tradisional  di Palembang," tuturnya.

Ia mengakui, kebutuhan cabai di Palembang sekitar 25 ton perhari, sementara pasokan hanya 10 ton. Pasokan cabai ini dari Jawa Timur, Jawa Barat, tetapi di Jawa harganya lebih tinggi lagi hingga Rp180 ribu perkilogram sehingga lebih baik dijual di Jawa, sementara ke Palembang mengeluarkan biaya tinggi karena  ongkos angkut.

Hal itu pula yang menyebabkan jumlah pasokan berkurang, sedangkan produksi lokal seperti dari Pagaralam, Musirawas dan Banyuasin yang sekarang sedang panen belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Palembang dan sekitarnya.

Ia mengatakan, pemerintah daerah perlu mencari alternatif jangka panjang dalam program tahun 2017 dengan menghidupkan apotek hidup di halaman rumah masing-masing, termasuk kerja sama PKK dan Badan Pemberdayaan Perempuan.

"Jadi, inilah program jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan pelaku usaha seperti katering, hotel, dan pedagang pecel lele Insya Allah bisa dipenuhi," katanya.