Berkah melonjaknya harga cabai bagi penjaga malam

id cabai, cabe, melonjak naik, keuntungan besar, petani cabai, melonjaknya harga, penjaga malam, Jangkar, Situbondo Suyanto, senjata tajam, lampu senter,

Berkah melonjaknya harga cabai bagi penjaga malam

Petani memanen cabai di persawahan.(ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/Ang)

....Kalau pencuri tanaman cabai bukanlah pencuri pada umumnya, kebanyakan yang mencuri itu masyarakat/warga yang rumahnya berdekatan dengan areal persawahan yang tergiur dengan harga cabai ....
Situbondo (Antarasumsel.com) - Harga cabai merah kecil sejak sekitar tiga bulan terakhir terus melonjak naik dan tentunya menjadi keuntungan besar bagi para petani cabai. Namun, melonjaknya harga itu juga menjadi berkah bagi warga yang menjadi penjaga malam tanaman yang harga buahnya saat ini menembus angka Rp80 ribu hingga Rp90 ribu per kilogram.

Di Situbondo, Jawa Timur, sejak harga cabai terus "meroket", tak sedikit petani cabai rawit yang rela berkorban membayar penjaga malam tanamannya karena takut atau khawatir dicuri orang.

Salah seorang penjaga malam tanaman cabai di Desa/Kecamatan Jangkar, Situbondo Suyanto (37) mengatakan bahwa selama dua bulan terakhir ia memiliki pekerjaan sampingan selain setiap harinya menjalankan pekerjaan sebagai buruh tani, yaitu menjaga tanaman cabai milik juragannya dan beberapa tanaman cabai milik petani lainnya.

Hanya berbekal senjata tajam dan lampu senter, katanya, setiap malam ia bersama seorang temannya secara bergantian menjaga tanaman cabai berkeliling di areal sawah guna memastikan tidak ada pencuri.

Menurut dia, mahalnya harga cabai merah kecil di pasaran membuat tanaman cabai belakangan ini menjadi sasaran aksi pencurian saat menjelang masa panen sehingga para petani cabai mempekerjakan buruh tani untuk menjaga ketat tanaman cabainya agar tidak dicuri.

Pria yang akrab dengan panggilan Yayan ini setiap hari menjelang petang bersama satu orang temannya Farid Hasan (30) harus kembali ke sawah tanaman cabai milik juragannya.

Penjagaan tanaman buah yang saat ini harganya "pedas" itu dilakukan ketika menjelang petang, yakni mulai pukul 18.00 WIB karena pada jam-jam itu rawan pelaku pencurian beraksi. Pada jam-jam tersebut para petani dan buruh tani sudah tidak di sawah, sehinnga memudahkan pelaku pencurian beraksi.

"Setiap hari mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 04.30 WIB saya bersama seorang teman yang setiap harinya juga menjadi buruh tani menjaga tanaman cabai. Tetapi biasanya penjagaan malam dilakukan menjelang masa panen, yakni tiga atau empat hari sebelum panen," kata pria dua anak tersebut.

Menjadi penjaga malam tanaman cabai ketika harga mulai melonjak naik seakan menjadi rutinitas tahunan. Harga cabai di tingkat petani yang kisarannya Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram membuat buah pedas itu sebagai barang berharga dan menggiurkan di mata pencuri.

Setiap harinya, penjaga malam diberi upah Rp100 ribu untuk dua orang penjaga (Rp50 ribu per orang) dari pemilik tanaman cabai (petani) dan uang sebesar itu cukup berharga bagi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.

Menjadi penjaga malam tanaman cabai ketika harga sedang melonjak tentunya ada resiko yang harus dihadapi. Mulai tanggung jawab kepada pemilik tanaman hingga menghadapi fisiko ketika bertemu dengan pelaku pencurian.

"Kalau pencuri tanaman cabai itu sebenarnya bukanlah pencuri seperti pada umumnya, tetapi kebanyakan yang mencuri cabai itu masyarakat atau warga yang rumahnya berdekatan dengan areal persawahan yang tergiur dengan harga cabai 'meroket' sehinngga memiliki niatan mencuri untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri," ujar Suyanto.

Sedangkan pelaku pecurian cabai pada umumnnya (asli pencuri) yang sudah memiliki niatan mencuri dengan jumlah besar sangat jarang ketika di areal tanaman itu dilakukan penjagaan mulai petang hingga Subuh (menjelang matahari terbit).

Menjadi seorang penjaga malam tanaman cabai sebagai pekerjaan musiman juga diakuinya sangat membantu dalam kebutuhan ekonomi setiap hari, karena selain mendapatkan upah sebesar Rp50 ribu per malam, mereka juga mendapatkan jatah makan dan rokok, dan pada siang harinya bisa bekerja sebagai buruh tani.

Sementara salah seorang petani cabai di Desa/Kecamatan Jangkar, Hariyadi mengemukakan bahwa pihaknya sengaja mengeluarkan biaya tambahan dengan mempekerjakan buruh tani sebagai penjaga malam selain karena takut dicuri juga untuk membagi rezeki kepada pekerjanya alias memberikan pekerjaan tambahan.

Menurutnya, setiap tahun ketika harga cabai mengalami kenaikan pihaknya memang memberikan pekerjaan sampingan kepada pekerjanya menjadi penjaga malam selain bekerja sebagai buruh tani merawat tanaman cabai miliknya setiap pagi hingga sore hari.

Sejak harga cabai merah kecil naik khususnya di desa setempat para petani mayoritas membayar penjaga malam Rp100 ribu per hari untuk dua orang. Dan para petani berkorban membayar biaya tambahan karena sejak harga cabai merah kecil mengalami kenaikan di beberapa desa rawan pencurian.

"Sebenarnya saya sebagai petani cabai bisa menjaga sendiri tanaman cabai dan mengajak satu orang sebagai teman atau hanya membayar Rp50 ribu, tetapi karena saya ingin berbagi rezeki dengan pekerja saya sehingga memberikan mereka pekerjaan sampingan," katanya.

Harga cabai merah kecil saat ini dari petani menjual kepada pengepul kisaran Rp70 ribu hingga Rp85 ribu per kilogram dan bahkan harga dari petani menjual kepada pengepul pernah mencapai Rp95 ribu per kilogram.

Selama ini harga cabai rawit setiap harinya berubah-ubah, dan biasanya rata-rata petani menjual kepada pengepul dari harga Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram.

Melonjaknya harga cabai merah kecil menurut pengakuan sejumlah petani, selain disebabkan banyak petani yang gagal panen karena tanaman cabainya kerap diguyur hujan sehinggga buahnya membusuk, juga karena petani yang menanam cabai sedikit.

Oleh karenanya kenaikan harga cabai rawit dinilai wajar selain memberikan keuntungan lebih bagi para petani, "pedasnya" harga cabai juga dirasakan dan dinikmati oleh buruh tani yang mendapatkan pekerjaan tambahan menjadi penjaga malam.