Petani mengaku sulit buka lahan tanpa bakar

id Petani ladang, membuka lahan, pertanian, membakar, larangan membakar lahan, hutan, budaya, kebiasaan masyarakat, secara spontan, mengikuti aturan

Petani mengaku sulit buka lahan tanpa bakar

Petugas BPBD menarik selang air saat akan melakukan pemadaman kebakaran lahan . (Antarasumsel.com/Nova Wahyudi)

Kuala Pembuang, Kalteng (Antarasumsel.com) - Petani ladang dari sejumlah desa di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah mengaku kesulitan membuka lahan pertanian tanpa membakar.

"Sistem membuka lahan pertanian tanpa bakar cukup berat bagi kami yang sudah terbiasa membakar lahan sebelum bergadang," kata salah satu warga Desa Mojang Baru Kecamatan Seruyan Hulu, Kusuma Johan di Kuala Pembuang, Kamis.

Ia mengatakan, peraturan pemerintah tentang larangan membakar lahan dan hutan harusnya ditetapkan secara bertahap dengan mempertimbangkan budaya atau kebiasaan masyarakat yang tidak dapat berubah secara spontan mengikuti aturan.

"Kami minta pemerintah juga membantu mencari solusi yang jelas dan bijak agar sistem pertanian dengan membakar lahan ini tidak bermasalah," katanya.

Menurutnya, membuka lahan pertanian dengan membakar tidak selalu berdampak buruk. Selain memudahkan dan mempercepat proses membersihkan lahan bagi petani, proses pembakaran lahan juga dapat mengurai zat asam dan abu hasil pembakaran dapat menjadi pupuk alami yang menyuburkan tanah.

"Kebiasaan ini adalah bagian dari budaya masyarakat yang harusnya juga dihormati," katanya.

Sementara, petani ladang asal Kecamatan Suling Tambun, Syaharun menjelaskan, sebagian besar petani ladang berada di wilayah hulu Seruyan sudah terbiasa dengan membuka lahan dengan cara membakar.

Meski telah lama menerapkan sistem membersihkan lahan dengan cara dibakar, namun hal itu dilakukan secara terkendali sehingga tidak menyebabkan kebakaran meluas.

"Apabila hendak berladang maka lahannya dibersihkan dulu, dan rerumputan serta semak belukarnya dikumpulkan bertumpuk-tumpuk secara terpisah, baru dibakar. Tetapi, tidak sampai mengakibatkan kebakaran lahan yang luas, apalagi sampai menjalar ke hutan," katanya.

Kemudian, berladang dengan cara membakar juga sebenarnya tidak selalu dilakukan pada lahan baru. Namun beberapa lokasi yang dilakukan secara bergantian setiap tahun.

"Berbeda dengan di daerah hilir Seruyan, kami di hulu sudah terbiasa dengan ladang berpindah, apabila selesai di satu lokasi tahun ini, maka tahun berikutnya di lokasi lain lagi, begitu seterusnya hingga kembali ke tempat semula," katanya.