Sumsel gelar pelatihan pemantauan tata air gambut

id Haris Gunawan, lahan gambut, Trainer of Trainers, Pemantauan Air Gambut, penggunaan alat pemantauan muka air, pelatihan

Sumsel gelar pelatihan pemantauan tata air gambut

Ilustrasi- pemantauan tata air gambut (Antarasumsel.com/ist/17)

Palembang (Antarasumsel.com) - Provinsi Sumatera Selatan menggelar pelatihan pemantauan tata air gambut di Palembang, 9-11 Februari 2017, dengan diikuti seluruh pemangku kepentingan, di antara perwakilan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pelaku usaha, dan akademisi.

Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut Haris Gunawan di Palembang, Kamis, dalam sambutan pembukaan kegiatan Trainer of Trainers (TOT) Pemantauan Air Gambut, mengatakan pelatihan itu untuk mengajarkan cara penggunaan alat pemantauan muka air (water logger telemetri) gambut di titik-titik lokasi yang terpilih.

Sementara ini, katanya, alat sudah dipasang di 20 titik yang sebagian besar tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin.

"Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari prinsip kerja Badan Restorasi Gambut, yakni pembasahan (rewething) lahan gambut. Melalui pelatihan ini, petugas yang nantinya bertugas di lapangan dapat benar-benar memahami bagaimana mengoperasikannya," kata dia.

Alat berteknologi Jepang itu, dapat bekerja secara "real time" dengan menggunakan parameter dan indikator suhu dan kelembaban udara melalui sinyal telepon seluler dalam rentan waktu maksimal dua jam setelah pemantauan.

Melalui data yang dihasilkan, para pemangku kepentingan diharapkan dapat sigap jika mendapati kenyataan adanya penurunan muka air gambut.

"Rencananya alat ini akan disebar bukan hanya di Sumsel, tapi juga di Riau, dan Kalimatan Tengah. Bahkan BRG melalui APBN sudah mengajukan pemasangan 400 alat di tujuh provinsi," kata dia.

Khusus pada tahun ini, pada akhir Februari dan Maret 2017 sudah direncanakan pemasangan di Sumsel 4 unit, Riau 2 unit, dan Kalsel 2 unit.

Badan Pengkajian dan Perapan Teknologi juga telah menginisasi akan memasang juga 20 alat di beberapa provinsi.

"Ke depan tinggal lagi bagaimana peran dunia usaha. Ini yang kami tunggu," kata Haris.

Ketua Tim Restorasi Gambut Daerah Najib Asmani mengatakan langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan harus dilakukan sejak dini. Pemasangan alat itu, salah satu langkah preventif yang memerlukan dukungan dunia usaha.

"Pelatihan ini sangat penting, tapi saya melihat dari 44 perusahaan yang lahan perkebunannya rawan terbakar hanya 29 yang ikut pelatihan ini. Ini menjadi catatan pemerintah," kata Staf Ahli Perubahan Iklim itu.

Kepala BRG Nazir Foead dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa uji coba BPPT untuk menghasilkan alat itu telah dilakukan selama 10 tahun.

Japan International Cooperation Agency (JICA) juga sudah menyatakan siap membantu dengan akan memberikan cuma-cuma teknologinya tanpa Indonesia harus membayar royalti terkait alat pemantauan air gambut.

"Ini patut diapresiasi sebagai perhatian negara lain atas perbaikan gambut di Indonesia," kata dia.

Kebakaran hutan dan lahan masih menjadi ancaman bagi Sumatera Selatan yang tercatat mengalami bencana kabut asap hebat pada 2015. Kala itu, kurang lebih 736.000 hektare terbakar yang sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Pada 2016, kebakaran hutan dan lahan berhasil ditekan hingga 99,87 persen yang sebagian besar dipengaruhi hal positif yakni iklim kemarau basah.

Namun, pada 2017 terdapat ancaman lebih karena musim kemarau diperkirakan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diperkirakan mulai Maret.