BRG target restorasi 400.000 hektare lahan gambut

id BRG

BRG target restorasi 400.000 hektare lahan gambut

Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead. (ANTARA/Yudhi Mahatma)

Palembang (Antarasumsel.com) - Badan Restorasi Gambut menargetkan merestorasi 400.000 hektare lahan gambut rusak dan terbakar sebelumnya di tujuh provinsi di Indonesia pada 2017.

Kepala badan restorasi gambut (BRG) Nazir Foead di Palembang, Kamis, mengatakan dari tiga hal tugas pokok BRG yakni rewetting (pembasahan), revegetasi (penanaman), dan revitalisasi (pemberdayaan ekonomi masyarakat), maka fokus tahun ini dititikberatkan pada pembasahan kembali.

"Dalam pemulihan lahan gambut yang utama itu memperbaiki dulu hidrologinya. Tahun ini, fokus BRG yakni bagaimana caranya agar tidak ada lagi lahan gambut yang kering, dan bidikan utama tentunya lahan terbakar pada 2015," kata dia.

Terkait pembasahan lahan ini, terdapat berbagai cara yang akan dilakukan yakni pembuatan sekat kanal, embung, sumur bor atau perpaduan dari berbagai cara ini.

Hanya saja perlu diketahui bahwa setiap Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan model dan cara berbeda-beda terkait teknisnya.

"Semisal berapa jauh dari sungai, berapa kedalaman gambut, ini sangat menentukan metode apa yang paling tepat. Tujuannya tak lain, agar gambut tetap basah di saat musim kemarau karena jika kering akan jadi semak belukar dan tentunya sangat mudah terbakar," kata dia.

Sejauh ini Nazir tidak menyangkal bahwa langkah kongkret pembasahan lahan pasca terjadi kebakaran hebat pada 2015, terbilang minim atau baru tercapai 3-4 persen dari rencana kerja.

Sebagian besar, baik masyarakat maupun perusahaan cenderung membiarkan begitu saja lahan yang sudah terlanjur rusak.

"Ini yang menjadi tugas berat dari pemerintah, dan diharapkan ada keaktifan dari pihak swasta untuk ambil bagian," kata dia.

Ia mengatakan, BRG dibebani negara target cukup besar, yakni merestorasi hingga 2,5 juta lahan gambut rusak hingga 2020. Pada 2017 ini, BRG telah memetakan wilayah yang akan direstorasi dari tujuh provinsi menjadi skala priortas.

Menurut Nazir, dengan dana hanya Rp865 miliar pada tahun 2017 ini maka sangat dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak, salah satunya pemilik konsesi perkebunan

"Tentunya akan ada pengawasan di tingkat daerah ke perkebunan konsesi, apakah mereka telah melakukan rewetting atas lahan yang terbakar pada 2015. Tapi, sejauh ini BRG fokus pada lahan di luar konsesi dulu karena meyakini bahwa mereka juga sedang berbenah," kata dia.

Kebakaran hutan dan lahan masih menjadi ancaman bagi sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Sumatera Selatan yang tercatat mengalami bencana kabut asap hebat pada 2015. Kala itu, kurang lebih 736.000 hektare terbakar yang sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Pada 2016, kebakaran hutan dan lahan berhasil ditekan hingga 99,87 persen yang sebagian besar dipengaruhi hal positif yakni iklim kemarau basah.

Namun, pada 2017 terdapat ancaman lebih karena musim kemarau diperkirakan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diperkirakan mulai Maret.