Menteri PPN: Indonesia harus cerdas manfaatkan As-tiongkok

id Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Kepala Bappenas, memanfaatkan keadaan, negara adidaya,

Menteri PPN: Indonesia harus cerdas manfaatkan As-tiongkok

Bambang Brodjonegoro (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)

Beijing (Antarasumsel.com) - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia harus semakin cerdas memanfaatkan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, sebagai dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

"Kita harus cermat melihat situasi global saat ini, termasuk perkembangan di Tiongkok yang mengalami perlambatan ekonomi, dan AS yang akan banyak melakukan kebijakan-kebijakan baru seperti proteksionisme," katanya, dalam obrolan dengan ANTARA di Beijing, Jumat.

Bambang berada di Tiongkok, guna  meminta dukungan Tiongkok terkait pencalonannya sebagai presiden IFAD periode 2017-2021. Sebelumnya, Bambang juga telah melakukan kampanye ke Amerika Serikat dan Kanada untuk pencalonannya tersebut.  
Ia menuturkan meski tidak memiliki ideologi khusus terhadap perkembangan terbaru di AS dan Tiongkok, namun Indonesia harus memiliki solusi alternatif menyikapi situasi di AS serta Tiongkok, termasuk menyangkut hubungan kedua negara tersebut.

Bambang mencontohkan, "jika AS memang ingin menerapkan proteksionisme, enggan memfokuskan diri pada kerja sama multilateral (keluar dari TPP), maka Indonesia bisa memperkuat hubungan bilateral dengan AS, dan mengekspor produk unggulan kita yang tidak mengganggu produk dalam negeri mereka".

Kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump dapat menahan laju investasi keluar (outward investment) dari negara Paman Sam. Bambang menghitung, dampak dari negara tersebut dapat membuat pertumbuhan investasi ke Indonesia melemah 1,91 persen.

Terkait Tiongkok, Menteri PPN/Bappenas menuturkan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara tersebut mau tidak mau berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke Tiongkok.

"Belum lagi, Tiongkok kini giat menggalakkan 'green economy', sehingga membatasi pula impor minerba ke negara tersebut. Namun disisi lain, Tiongkok juga mengalami 'over invesment' di dalam negeri, ini yang dapat dimanfaatkan Indonesia, bagaimana dana Tiongkok yang melimpah itu bisa diinvestasikan di Indonesia," kata Bambang.

Tiga sektor utama dan prioritas yang dapat ditawarkan kepada Tiongkok adalah investasi di sektor manufaktur, infrastruktur dan pariwisata.

"Produk manufaktur Tiongkok sangat beragam, masif, dan harganya pun bersaing. Infrastruktur Tiongkok, kita lihat juga tidak kalah. Hampir di seluruh kota di Tiongkok, memiliki jalan tol, terhubung dengan kereta api cepat dan dari sisi turis pun potensinya sangat besar. Ini potensi yang bisa dimanfaatkan Indonesia, katanya.

Bambang menambahkan, "jadi, apapun yang terjadi di AS dan Tiongkok dapat kita sikapi secara cermat dan cerdas dan dapat dimanfaatkan untuk keuntungan kita. Bagaimana pun kita tidak dapat meninggalkan AS, karena proteksionisme-nya, atau meninggalkan Tiongkok karena perlambatan ekonominya. Semua tetap kita sikap dengan cerdas untuk keuntungan kita".