Labu varietas baru mulai dikembangkan di Palembang

id labu, labu varietas baru

Labu varietas baru mulai dikembangkan di Palembang

Labu varietas baru mulai dikembangkan di Palembang (Antarasumsel.com/Feny Selly/17)

Palembang (Antarasumsel.com) - Sejumlah anak muda mengembangkan bisnis dari budidaya labu varietas baru yaitu Butternut Squash atau labu manis varietas havana dan tiana di pekarangan rumah kawasan Talang Keramat Palembang.

"Awalnya dari sering kumpul lalu diskusi dan mencoba bisnis lewat budidaya ini," ungkap Aprizal salah satu pelaku usaha budidaya labu manis Butternut Squash di Palembang, Minggu.

Aprizal, Iman, dan Carlos, tiga pemuda yang merupakan peneliti Balai Penelitian pertanian Sembawa ini sepakat memulai usaha budidaya labu manis berbentuk bohlam pada pertengahan tahun lalu.

Dengan memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah Aprizal, tiga pemuda ini memulai budidaya dengan menggunakan sistem penanaman double row berjarak dua meter x 0,5 meter x satu meter.

Tanaman yang berasal dari Australia dan New Zealand ini merupakan salah satu jenis labu golongan varietas tiana masih jarang dikembangkan di Indonesia.

"Di Indonesia pembudidayanya bisa dihitung dengan jari mungkin karena bibit F1 nya masih harus impor dari tempat asalnya," kata pemuda yang biasa dipanggil Jaja ini.

Ia menjelaskan, tekstur labu manis varietas ini dikenal sangat lembut, berserat tinggi dan mudah untuk diolah.

"Kebanyakan pelanggan tertarik karena manfaatnya sebagai MPASI, selebihnya diolah sebagaimana labu biasa bahkan bisa dijus," ujarnya.

Untuk pemasarannya pelaku usaha memilih menjual secara online dan memasok ke sejumlah supermarket dan toko buah lokal.

"Awalnya sempat ditolak karena jenis labu ini baru dikenal tapi sekarang malah kami yang kewalahan memenuhi permintaan," kata dia.

Untuk itu mereka menyadari bisnis labu manis varietas baru ini memerlukan edukasi untuk masyarakat agar tahu lebih banyak manfaat yang terkandung di dalamnya.

Pada panen pertama beberapa bulan lalu mampu menghasilkan 150 kilogram butternut squash.

"Ada banyak kendala seperti hama embun bulu yang mengharuskan kami menggunakan pembasmi fungi dan beberapa kendala lain seperti genangan air karena musim hujan dan hama keong," ujarnya,

Namun belajar dari pengalaman panen tahun lalu, kali ini mampu menghasilkan 400 kilogram (kg) labu manis yang siap dipasok ke pelanggan dan supermarket dengan harga Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per kg.

Sementara, untuk ke depan ketiga pemuda ini berencana memperluas lahan garapan mereka, karena budidaya ini dilakukan sebagai sampingan lewat petani lokal dengan sistem titip garap.

"Kami mau coba menitipkan bibit di lahan petani untuk digarap, tapi masih dalam proses perencanaan," kata Jaja menambahkan.