Batam-BNPT: Teroris manfaatkan pers

id BNPT, Jimmy Silalahi, menyebarkan rasa takut, teroris, Batam

Batam (Antarasumsel.com) - Teroris selama ini memanfaatkan pers, terutama dalam pemberitaan, kata pakar jurnalistik dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Jimmy Silalahi.

"Berita yang menyebarkan rasa takut dan panik membuat teroris senang. Semakin banyak berita yang menimbulkan rasa panik kepada masyarakat, semakin senang teroris," ujar Jimmy saat berdialog di Kantor Tribun Batam, Rabu.

Jimmy yang juga anggota Dewan Pers mengatakan tidak ada gunanya pemerintah membahas soal rencana dan pelaksanaan pembangunan jika Indonesia masih dihantam isu terorisme.

Media massa memiliki peran penting dalam mencegah terorisme, dan mendorong masyarakat agar tetap tenang dan terus melawan terorisme.

"Jangan sampai ada media massa menggoreng isu terorisme hanya untuk kepentingan bisnis, menaikkan oplah koran atau jumlah pembaca," ucapnya.

Dewan Pers dan BNPT berharap pihak media massa harus cerdas dan bijak dalam mengelola dan menyampaikan informasi kepada publik.

Pihak media massa juga harus menyadari, secara tidak langsung teroris cerdas dalam memainkan topik berita. Mereka memantau setiap perkembangan berita, dan menciptakan isu atau aksi baru yang disukai wartawan untuk dijadikan berita.

Bahkan para teroris juga menciptakan istilah-istilah, yang terpublikasi secara massif, seperti "pengantin".

"Kemenangan teroris pada saat masyarakat dihantui rasa takut dan panik," katanya.

Sementara itu, Willy Pramudia, pakar BNPT lainnya mengatakan media massa memiliki peranan penting dalam mencegah radikalisme. Karena itu, kata dia, sejak tahun 2015 Dewan Pers dan BNPT menandatangani nota kesepahaman untuk mencegah terorisme dan radikalisme.

Teroris pun menyadari media massa dapat memperlancar aksinya.

"ISIS itu sudah memiliki media massa, dan pakar untuk menyebar informasi sesuai keinginannya," katanya.

Untuk menangkal berita tentang terorisme yang potensial membuat masyarakat resah, maka Dewan Pers membuat buku panduan liputan terorisme yang dapat dipelajari wartawan.

Buku itu hasil analisa dari wawancara dengan mantan teroris dan korban aksi teroris.

"Buku ini dapat diberikan secara cuma-cuma kepada wartawan," ucapnya.