Usaha buku bekas di Palembang semakin terpinggirkan

id buku, penjual buku, buku bekas, pengusaha buku, harga miring

Usaha buku bekas di Palembang semakin terpinggirkan

Ilustrasi . (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/Den)

Palembang (Antarasumsel.com) - Usaha buku bekas di Palembang semakin terpinggirkan seiring dengan tidak ada lokasi berdagang yang permanen sejak beberapa tahun terakhir.

Abu Saman, salah seorang pedagang di Palembang, Selasa mengatakan, kondisi itu berbeda dengan kota-kota lain seperti Yogyakarta dan Jakarta.

Pemerintah kota setempat menyediakan area untuk berdagang sehingga para pembeli dapat memuaskan keinginan berburu buku-buku dengan harga miring.

"Sebelumnya penjual buku bekas di bawah Jembatan Ampera mencapai puluhan orang namun setelah berpindah ke samping Masjid Agung sekarang jumlahnya tidak sampai 10 orang. Sebagian memutuskan beralih profesi tapi ada juga memilih bertahan," kata dia.

Belasan pedagang itu terpaksa menyewa lahan di kawasan Masjid Agung setelah terjadi penggusuran besar-besar pada beberapa tahun lalu.

Sejumlah pedagang kini resah mengingat lahan milik perorangan itu berpotensi digusur pemerintah untuk penataan kota.

"Lahan yang kami sewa ini sebenarnya tidak dapat dijual oleh pemilik karena masuk kawasan penghijauan. Justru kekhawatiran kami jika nanti dibeli pemerintah karena akan dibabat habis," ujarnya.

Ia mengharapkan, sebelum melakukan penggusuran itu pemerintah kota menyediakan lahan baru untuk berdagang.

"Tidak masalah pindah tempat asalkan ada lahan untuk berdagang tapi jangan terlalu jauh dari pusat kota, karena target kami ialah kalangan pelajar dan mahasiswa," katanya.

Pedagang lainnya, Budiman, mengharapkan juga perhatian pemerintah mengingat buku-buku bekas itu menunjang kegiatan pariwisata daerah.

"Pembeli buku bekas dari berbagai kalangan, pelajar hingga kolektor. Selain itu, sengaja datang dari Malaysia, Singapura, dan negara-negara Arab, artinya meski barang bekas tapi diburu oleh kaum pendatang," ujar dia.