Kemenkes jelaskan KTI masih endemis tinggi malaria

id malaria, endemis penyakit, Timur Indonesia, Kemenkes, sarang nyamuk, Vensya Sitohang

Kemenkes jelaskan KTI masih endemis tinggi malaria

Ilustrasi fogging di permukiman warga. (Antarasumsel.com/Edo Permana)

Jakarta (Antarasumsel.com) - Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih menjadi wilayah endemis tinggi malaria dikarenakan masih terdapat banyaknya genangan yang menjadi sarang nyamuk, kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang.
"Faktor risikonya, nyamuknya hidupnya di air yang menggenang. Berbagai tempat seperti itu ada di Kawasan Timur Indonesia dan ada beberapa di daerah Kalimantan dan sekitarnya," kata Vensya di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan kawasan pertambangan liar yang tidak terdeteksi dan tidak terkontrol sering kali membuat genangan-genangan yang tidak ditutup kembali seperti semula.

Selain itu, menurut Vensya, faktor ekonomi yang mendesak warga membuka tambang liar dari satu tempat ke tempat lain sehingga menciptakan banyak genangan. Di samping itu juga wilayah geografis seperti di Papua yang terdapat rawa-rawa.

Saat ini Provinsi NTT, Maluku, Mauluku Utara, Papua Barat, dan Papua pencapaian eleminisasi malarianya masih nol persen.

Vensya menjelaskan permasalahan untuk mengatasi agar tidak terdapat genangan di lingkungan warga tidak bisa hanya dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan.

"Masalah lingkungannya tidak bisa diselesaikan Kementerian Kesehatan sendiri. Perlu bersama-sama kementerian dan dari sektor lain," ujar Vensya.

Dia menjelaskan Kementerian Kesehatan juga sudah membuat pedoman untuk peran lintas sektor dalam penanganan masalah genangan sumber jentik nyamuk anopheles penyebab malaria.
"Namun perlu penegasan kembali dari pemda, kementerian dan lintas sektor untuk memastikan bergerak bersama," kata dia.

Ketua Komisi Ahli Diagnosis dan Pengobatan Malaria Profesor Dr Inge Sutanto menuturkan hal yang sama bahwa untuk mengeleminasi malaria bukan hanya soal memberikan obat pada yang sakit tetapi juga mencegah mulai dari faktor risiko.

Dia menekankan perlu adanya komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengeleminasi malaria mulai dari sumbernya.

"Perlu komitmen pusat, dan komitmen daerah. Tidak hanya cukup memberi obat orang yang sakit, tapi juga ada penanganan untuk lingkungan. Bupati memikirkan bagaimana mengubah lingkungan sehingga sumber nyamuk, sumber air tergenang itu bisa dikurangi," kata Inge.