Mendikbud curhat soal "dibully" netizen

id Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dann Kebudayaan, Mendikbud, ujian nasional berbasis komputer, dibully, internet, sosial media

Mendikbud curhat soal "dibully" netizen

Muhadjir Effendy (ANTARA)

Jakarta (Antarasumsel.com) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengaku kaget ketika baru menjabat sebagai menteri dan kemudian dirundung atau "dibully" oleh para netizen karena idenya mengenai program penguatan pendidikan karakter (PPK) atau yang dikenal dengan "full day school".

"Saya 'dibully' macam - macam. Dicaci maki.  Saya kaget,  semuanya seakan menjadi pakar pendidikan dari penyanyi sampai pelawak," ujar Muhadjir usai peletakan batu pertama gedung SMP dan SMA Global Sevilla di Jakarta,  Rabu.

Muhadjir menyayangkan tidak ada yang melakukan klarifikasi ke dia langsung atau tabayyun. Hal itu menyadarkannya bahwa dalam pendidikan, banyak pihak harus terlibat.

"Presiden Jokowi sudah setuju, akan dilakukan reformasi sekolah mulai dari peranan kepala sekolah hingga jam mengajar guru."
Selama ini, kata dia, terutama di daerah lama mengajar di sekolah hanya empat hingga enam jam dan dilakukan dua" shift" atau pergantian kelas. Namun guru yang mengajar tetap sama dan mendapat lemburan. Padahal idealnya, delapan jam.

"Ini soal mental guru, ini yang akan kita ubah karena dikhawatirkan nanti mengganggu rencana besar Pak Jokowi dalam revolusi mental," tegas dia.

Untuk tingkat pendidikan dasar yakni SD dan SMP, pendidikan karakter diperkuat. Hal itu sejalan dengan gagasan Bang Karno mengenai pendidikan karakter dalam membangun nasionalisme dan membangun bangsa.

"Saya mencoba menerapkan apa yang tertuang dalam Nawa Cita mengenai pendidikan karakter. Kami menetapkan 70 persen materi dari pendidikan dasar itu adalah pendidkan karakter. Hanya 30 persen saja pengetahuan," papar dia.

Ketua Bidang Pendidikan Muhammadiyah tersebut menegaskan pihaknya memperkuat pendidikan karakter di sekolah melalui program PPK.

Hingga 2016, PPK telah diimplementasikan di 542 sekolah di 34 provinsi. Dalam program itu terdapat lima nilai utama karakter, diantaranya religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas pada tiga kegiatan inti (intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler) akan menjadi praktik penerapan di sekolah percontohan PPK tersebut.

Kemdikbud menargetkan sampai dengan 2020 seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkan pendidikan karakter.