Pertumbuhan ekonomi Sumsel masih sesuai proyeksi

id Hari Widodo, Deputi Bank Indonesia, Pertumbuhan ekonomi Sumsel, harga komoditas karet

Pertumbuhan ekonomi Sumsel masih sesuai proyeksi

Suasana penukaran uang di Bank Indonesia Palembang (Antarasumsel.com/Feny Selly)

Palembang (Antarasumsel.com) - Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan sejauh ini masih sesuai proyeksi Bank Indonesia meski terjadi penurunan harga komoditas karet di tingkat petani.

Deputi Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Selasa, mengatakan, penurunan harga karet memang terjadi tapi jika dibandingkan tahun 2016 dan 2015 maka bisa dikatakan harga saat ini jauh lebih baik.

"Harga karet saat ini memang sedang turun tapi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya maka harga sebenarnya naik," kata dia.

BI optimitis pertumbuhan ekonomi Sumsel akan sesuai proyeksi pada triwulan I Tahun 2017 yakni dikisaran 5,1-5,2 persen dan secara tahunan 5,1-5,5 persen.

"Salah satu yang melatari rasa optimistis ini yakni capaian pertumbuhan ekonomi Sumsel pada 2016 berada di angka rata-rata nasional yakni 5,03 dari seharusnya 5,02," kata dia.

Pertumbuhan ekonomi Sumsel yang terjaga sejak tahun ini tak lain karena didongkrak oleh sejumlah pembangunan infrastruktur terkait persiapan Asian Games 2018.

Pada tahun 2016, ekonomi Sumsel ditopang oleh sektor kontruksi, pengolahan, perdagangan beredar dan eceran.

"Untuk sektor kontruksi diperkirakan pengaruh justru paling besar pada 2017 karena ada pembangunan infrastruktur kereta api ringan (LRT) yang diperkirakan berlanjut hingga 2018. Oleh karena itu, BI optimitis pertumbuhan ekonomi Sumsel sesuai proyeksi hingga akhir tahun," kata dia.

Sumsel saat ini gencar melakukan sejumlah pembangunan infrastruktur untuk menunjang pelaksanaan Asian Games seperti jalan tol, Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI, jembatan layang, dan LRT.

Sementara itu, data menunjukkan harga komoditas karet di pasar internasional bergerak turun dari 2 dolar per kg menjadi 1,9 dolar per kg.

Pergerakan harga sejak dua pekan terakhir ini telah berdampak pada harga di tingkat petani yakni dari Rp10 ribu per kg menjadi Rp8.000 per kg.