Science Techno Park Sumsel fokus kembangkan sapi

id Science Techno Park, sapi, ekonomi daerah, Lukitariati, pembibitan, penggemukan

Science Techno Park Sumsel fokus kembangkan sapi

Ilustrasi (ANTARA)

Palembang (Antarasumsel.com) - Wahana hilirisasi ilmu pengetahuan dan teknologi `Science Techno Park" di Sumatera Selatan fokus mengembangkan sapi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Lukitariati di Palembang, Kamis, mengatakan, daerah telah memutuskan bahwa akan fokus pada pengembangan sapi namun belum menetapkan apakah pada pembibitan, penggemukan, atau penyediaan pakan.

"Saat ini masih dilakukan pengalihan dari ATP (Agrotecnopark) ke STP, baik ATP 1 di Desa Bakung, Inderalaya, Ogan Ilir, ATP 2 Kebun Raya, dan ATP 3 di Muaraenim. Pada prinsipnya sudah tidak ada masalah, apalagi beberapa lokasi mulai merampungkan proses sertifika lahan," kata dia.

Ia mengatakan, proses alih teknologi ini tentunya membutuhkan waktu, namun pada dasarnya pemerintah berkeinginan nantinya sektor swasta dapat berperan aktif.

"Terserah pengusaha mau masuknya dari mana, dari hulu atau hilir, atau mau kedua-duanya. Yang jelas, kami berharap hasil riset pada peneliti-peneliti terkait pembibitan, penggemukkan dan pakan dapat terpakai di industri perternakan," kata dia.

Terkait dengan keputusan STP untuk mengembangkan sapi dibandingkan perternakan lain seperti unggas dan ikan, Luki menjelaskan bahwa hal itu berkaitan dengan semakin meningkatkan kebutuhan impor daging Sumsel dari luar daerah.

Ribuan ekor sapi setiap tahun harus didatangkan dari luar daerah, mulai Lampung dan Bali lantaran ketidakmampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan sendiri.

"Harapannya dengan adanya STP ini maka persoalan kekurangan sapi di Sumsel dapat teratasi," kata dia.

Provinsi Sumatera Selatan kesulitan mencari indukan sapi berkualitas yang memiliki kesuburan tinggi lataran telah banyak mengalami perkawinan silang.

Kepala Bidang Produksi Perternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, I Wayan Telabah mengatakan, saat ini tidak banyak lagi sapi milik warga yang bisa bunting setiap tahun.

"Kadang kala tiga tahun baru bunting. Beda saat program kawin silang belum terlalu digalakkan, bisa dikatakan sapi itu disengol saja sudah bunting," kata Wayan dalam workshop Kementerian Riset dan Dikti mengenai Science Techno Park Sumatera Selatan.

Ia mengatakan, lantaran pelaksanaan kawin silang hewan yang cukup ekstrem sejak tahun 1980-an membuat indukan semakin lama jumlahnya terbatas.

"Dengan kawin silang membuat tingkat kesuburan sapi menjadi rendah. Jadi repotnya saat ini, untuk menghasilkan sapi baru harus membutuhkan biaya besar, harus disuntik hormon. Oleh karena itu setiap kesempatan saya katakan, hentikan kawin silang," kata dia.

Wayan melanjutkan, program kawin silang itu hanya diperbolehkan untuk mendapatkan produk sapi potong.

Dengan begitu, setidaknya Indonesia dapat mengatasi persoalan carut-marut perternakan sapi yang selama beberapa dekade tak kunjung selesai.

"Hadirnya STP ini setidaknya memberikan embun di tengah hari bolong, dan semoga saja ini dapat berhasil," kata dia.