Palembang (Antarasumsel.com) - Lembaga Sosial Masyarakat internasional asal Inggris Zoological Socienty of London menggunakan metode "smart" dalam memantau perkebunan sawit di Sumatera Selatan yang tergabung dalam program Pengelolaan Lanskap Sembilang dan Dangku atau Kelola Sendang.
Direktur Program Kelola Sendang Damayanti Buchori di Palembang, Selasa (25/4), mengatakan, metode SMART (Monitoring Tata Ruang dan Pelaporan Tool) merupakan kombinasi dari perangkat lunak, patroli standar untuk mendukung para pihak terkait upaya konservasi untuk memantau hewan, mengindentifikasi ancaman seperti perburuan.
"Metode ini salah satunya diterapkan di perkebunan kelapa sawit di Sumsel," kata dia.
Ia mengatakan, metode SMART ini berkaitan dengan Program Pengelolaan Lanskap Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku (Kelola Sendang) di Sumatera Selatan yang pada tahun ini akan mendorong kepemilikan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil System) oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, perkebunan plasma, dan perkebunan rakyat.
Setelah mematangkan program pada 2016 maka pada 2017 memasuki tahapan implementasi yakni mendorong kepemilikan sertifikat ISPO.
"Sertifikat ISPO sangat perlu, terlepas memang mandatory dari pemerintah karena saat ini penggunaan CPO bukan hanya untuk makanan tapi juga kosmetik. Semakin luas cakupannya membuat pembeli menginginkan kepastian bahwa sawit ditanam dengan cara tidak merusak lingkungan," ujar Damayanti.
Damayanti diwawancarai seusai menjadi pembicara pada workshop "Peningkatan Kemampuan Perkebunan Kelapa Sawit dengan Praktek Bisnis Berkelanjutan" di Palembang, Selasa (25/4).
Untuk mendorong kepemilikan sertifikat ISPO ini, pengelola program yang dikoordinir Zoological Society of London (ZSL) dengan anggota The Suistainable Trade Iniatiative (IDH), Deltares, SNV Netherlands Development Organization, Daemeter Consulting, dan Forest People Programme (FPP), telah mengandeng sejumlah perusahaan sawit di Sumsel.
"Karena tahun ini sudah harus implementasi maka sudah dilakukan kerja sama dengan perusahaan sawit, salah satunya pemasangan alat smart tool untuk monitoring lingkungan. Saat ini ada 4-5 perusahaan holding yang menerapkannya," kata dia.
Terkait Pengelolan Lanskap Sembilang-Dangku ini, beberapa hal juga masih menjadi pekerjaan rumah, diantaranya restorasi lahan gambut karena masih dijumpai adanya gambut dalam yang dimanfaatkan untuk perkebunan sawit.
Selain itu, penyebaran keanekaragaman hayati di dalam kawasan Sembilang-Dangku, penyelesaian konflik lahan antar warga dan perusahaan. Sejauh ini tim Kelola Sendang, sudah membantu menyelesaikan konflik di Desa Pulau Gading, Muba.
Sebelumnya, dua lokasi ini dipilih karena sangat rawan terjadi pengalihfungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan. Sembilang-Dangku memiliki luas 1,6 juta hektare dengan 145 ribu rumah tangga, 465 ribu jiwa.
Berita Terkait
Kemenkumham Sumsel kawal pengajuan paten cangkang sawit sebagai EBT
Jumat, 29 Maret 2024 11:41 Wib
Jago merah hanguskan pengolahan minyak sawit
Jumat, 16 Februari 2024 1:06 Wib
Jaksa tahan tersangka penggelapan pajak sawit senilai Rp2,9 miliar
Jumat, 2 Februari 2024 14:29 Wib
Kementan antisipasi ganoderma pada tanaman sawit
Rabu, 31 Januari 2024 13:41 Wib
OJK dorong pencarian skema baru pembiayaa kelapa sawit di Sumsel
Selasa, 30 Januari 2024 12:36 Wib
Ogan Komering Ulu terima DBH kelapa sawit 2023 Rp10 miliar
Kamis, 25 Januari 2024 20:47 Wib
Hingga 2023, Disbun Sumsel catat PSR sawit capai 69.965 hektare
Rabu, 24 Januari 2024 22:26 Wib
Polisi selidiki kematian petani Aceh Barat Daya di kebun kelapa sawit
Jumat, 12 Januari 2024 9:56 Wib