Dinsos Sumsel-universitas Bina Darma peduli tuna rungu

id disnos, ubnd, peduli, peduli penyandnag cacat, tuna rungi, tuli, kaum disabel

Dinsos Sumsel-universitas Bina Darma peduli tuna rungu

Kepala Dinas Sosial Sumsel Belman Karmuda menjadi pembicara workshop peduli tuna rungu. (Foto Antarasumsel.com/17/Yudi Abdullah)

...UBD sangat peduli dengan penyandang cacat terutama yang mengalami kekurangan indra pendengaran...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Dinas Sosial Sumatera Selatan dan Universitas Bina Darma Palembang memberikan perhatian cukup besar terhadap salah satu kelompok kaum penyandang cacat atau disabel tuna rungu.

Salah satu bentuk kepedulian kedua lembaga itu , menyemarakkan hari pendidikan nasional pada Mei 2017 ini, bekerja sama menggelar Workshop Pendidikan Inklusif dan Komunikasi Nonverbal Untuk Kemandirian Ekonomi Kaum Disabel Tuna Rungu, di aula kampus Universitas Bina Darma Palembang, Rabu.

Kegiatan yang didukung aktivis Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu (Gerkatin) Sumsel itu menghadirkan pembicara kunci penyandang disabel tuna rungu atau dikenal dengan aktivis tuli nasional Surya Sahetapy, dan pembicara pendukung Kepala Dinas Sosial Sumsel Belman Karmuda, Pejabat Dinas Pendidikan Sumsel Eksowinoto, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Palembang Prof Dr Isna Wijayani, Direktur PT Musi Gas Hernoe Roesprijadji.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Palembang Isna Wijayani mengatakan, pihaknya sangat peduli dengan penyandang cacat terutama yang mengalami kekurangan indra pendengaran.

Sesuai dengan bidang ilmu yang dikembangkan Fakultas Ilmu Komunikasi, pihaknya berupaya memfasilitasi generasi muda dan masyarakat umum yang tertarik mempelajari cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan tuna rungu atau komunikasi nonverbal.

"Mulai 2017 ini, bahasa isyarat mulai diajarkan kepada mahasiswa dan masuk dalam kurikulum Fakultas Ilmu Komunikasi UBD," ujarnya.

Dia menjelaskan, penyandang cacat pendengaran perlu berkomunikasi untuk menyampaikan pesan, menambah pengetahuan, dan melakukan pengembangan diri seperti halnya manusia normal.

Berdasarkan kondisi tersebut, penyandang tuna rungu perlu difasilitasi mendapatkan lawan bicara tidak hanya dengan sesama disabel dengan menyiapkan mahasiswa dan masyarakat umum memiliki kemampuan menggunakan bahasa isyarat, katanya.

Sementara Kepala Dinas Sosial Sumsel Belman Karmuda menambahkan kaum disabel seperti penyandang cacat pendengaran/tuna rungu perlu mendapat perhatian bersama dan tidak boleh diperlakukan berbeda dengan manusia normal.

"Kaum disabel merupakan bagian dari kita, mereka perlu diberikan ruang untuk menjalani kehidupan sosial seperti orang normal pada umumnya dengan menyediakan fasilitas yang bisa memudahkan mereka beraktivitas dan berkomunikasi," ujar Belman.