Kadishut: ekosistem di Sumsel perlu diselamatkan

id kadishut, dinas kehutanan sumsel

Kadishut: ekosistem di Sumsel perlu diselamatkan

Kadishut Sumsel Sigit Wibisono (Antarasumsel.com/Yudi Abdullah)

Palembang (Antarasumsel.com) - Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Sigit Wibowo mengatakan, keberadaan ekosistem di daerah itu perlu diselamatkan, karena sekarang ini banyak mengalami kerusakan.

Penyelamatan ekosistem itu penting karena hal tersebut merupakan bagian dari potensi perekonomian daerah, kata Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Sumsel, Sigit Wibowo usai peluncuran buku Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Sumatera Selatan yang disusun tim "Gesellaschaft fur Internasionale Zusammenarbit" atau GIZ di Palembang, Jumat.

Menurut Sigit, ekosistem juga berkaitan dengan sumber daya hayati sehingga keberadaannya harus dijaga dan dilestarikan, karena dapat mempertahankan lingkungan sekitar terutama dalam ekonomi hijau.

"Jadi penyusuan buku tersebut juga bagian dari penyelamatan lingkungan yang akan dijadikan pedoman kerja dalam menyusun program pembangunan mendatang.

Oleh karena itu buku tersebut penting berisikan strategi dan tata cara dalam penyelamatan lingkungan sekitar.

Bukan itu saja, tetapi juga kondisi iklim dan waktu juga dibahas dalam buku tersebut, kata dia.

Sementara pimpinan proyek dari GIZ, Berthold Haasler mengatakan, pemerintah Jerman mendukung sepenuhnya dalam penyelamatan lingkungan di daerah termasuk di Sumsel.

Begitu juga program pengurangan gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan keanekaragaman hayati sebagai program yang menjadi bahasan utama dunia, ujar dia.

Oleh karena itu pihaknya membuat proyek Bidiversity and Climate Change (Bioclime) dalam upaya mengurangi gas rumah kaca serta pelestarian lingkungan.

Jadi penyusuan buku tersebut bagian dari penyelamatan lingkungan yang juga didukung Bappeda, Dinas Kehutanan dan unsur terkait lainnya, kata dia.

Ketua Tim Penyusun Buku Syafrul Yunardy mengatakan, buku tersebut berisikan antara lain sistem penyelamatan lingkungan dan sumber daya hayati.

Buku tersebut juga akan dipaparkan pada pelaksanaan pertemuan Menteri Lingkungan Hidup internasional di Palembang, awal Mei 2017, tambah dia.