BRG: Dunia respons positif program restorasi gambut

id Nazir Foead, Badan Restorasi Gambut, Bonn Challenge, pendanaan Restorasi Gambut, Menteri Lingkungan Asia Pasifik

BRG: Dunia respons positif program restorasi gambut

Kunjungan Delegasi Bonn Chalenge.(Antarasumsel.com/Nova Wahyudi)

Palembang (Antarasumsel.com) - Negara-negara di dunia sangat merespons positif program kerja pemerintah Indonesia untuk merestorasi lahan gambut seluas 2 juta hektare.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di Palembang, Selasa, mengatakan, sejumlah negara yakni Norwegia, Jerman, Inggris, Denmark, Ausralia, Canada, Jepang, dan Korea Selatan telah memberikan dana bantuan untuk terlaksananya program Pemerintahan Jokowi-JK.

"Restorasi gambut menjadi salah satu yang menjadi perhatian dunia saat ini selain reforestasi. Sejauh ini respons dunia sangat positif sekali terhadap Indonesia," kata Nazir yang dijumpai seusai acara pembukaan pertemuan Menteri Lingkungan Asia Pasifik "The First Asia Bonn Challenge High Level Roudtable Meeting" di Griya Agung Palembang.

Ia mengatakan kalangan internasional sangat mengapresiasi keinginan Indonesia yang ingin memulihkan lahan gambut, terlebih lagi ketika mengetahui bahwa langkah ini sejatinya sudah diambil justru sebelum lahirnya komitmen negara-negara anggota Bonn Challenge.

Salah satu wujud nyatanya yakni keberadaan lokasi kebun plasma nutfah dan hutan buatan rawa gambut di Desa Sepucuk Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan sejak 2011.

Hutan buatan seluas 25 hektare ini dapat dijadikan tempat riset mengenai karakteristik lahan gambut, dan sekaligus menemukan metode yang tepat untuk memulihkan gambut agar kembali sesuai fungsi asalnya sebagai paru-paru bumi karena kemampuan menyimpan karbon (C) yang banyak.

"Bagi Indonesia, Bonn Challenge ini semakin memantapkan komitmen dalam perestorasian lahan gambut. Indonesia berharap, ajang ini dapat menjadi kesempatan untuk saling belajar, berbagi pengalaman, dan berbagi pembiayaan," ujar Nazir.

Terkait pembiayaan, sejauh ini perestorasian lahan gambut di Indonesia masih menggunakan dana APBN dan sebagian dari bantuan luar negeri. Ke depan, melalui Bonn Challenge ini, pemerintah Indonesia berharap, kalangan internasional lebih berperan aktif dalam bentuk investasi dunia usaha yakni bagaimana caranya agar masyarakat sekitar hutan/lahan gambut terbedayakan dari sisi ekonomi.

Bonn Challenge merupakan suatu inisiatif restorasi lanskap yang kritis yang terbesar dunia yang pernah ada.

Negara-negara anggota sepakat merestorasi 150 juta hektare hutan dan lahan terdegradasi atau kritis hingga 2020, dan ditingkatkan menjadi sebesar 200 juta hektare pada tahun 2030 sesuai Deklarasi New York 2014 tentang hutan.

Sekretaris Negara Kementerian Federal untuk Lingkungan, Konservasi Alam, Bangunan dan Keselamatan Nuklir Jerman, Jochen Flashbarth dalam pidato keynote speaker-nya pembukaan Bonn Challenge mengatakan negara-negara di dunia sepatutnya mengadopsi langkah-langkah yang sudah diambil Indonesia, terkhususnya Sumatera Selatan.

"Demi terselamatnya lingkungan, Indonesia memoratorium izin lahan gambut. Kami sangat mengapresiasi ini dan berharap Indonesia tetap concern pada rencananya merestorasi lahan gambut," ujar Jochen.

Pada kesempatan yang dihadiri delegasi 27 negara itu, Jochen berpesan bahwa penyelamatan lingkungan bukan lagi persoalan satu negara tapi menjadi persoalan negara lain juga.

"Kita sudah sukses dalam memacu pertumbuhan ekonomi dunia, jangan sampai kita kalah dalam penyelamatan bumi," ujar dia.

Pertemuan Menteri Lingkungan Asia Pasifik "The First Asia Bonn Challenge High Level Roudtable Meeting" di Griya Agung Palembang pada hari ini membahas sejumlah agenda terkait pembangunan ekonomi berkelanjutan dan target restorasi lahan gambut seluas 150 juta hektare hingga 2020.

Sebelumnya delegasi Bonn Challenge mengunjungi hutan buatan rawa gambut di Sepucuk untuk melihat langsung 25 jenis tanaman lokal yang bisa ditanam di lahan gambut untuk program revegetasi.