Google blokir 1.500 rekaman bebahaya atas permintaan Vietnam

id google, pemblokiran, memicu kekerasan, rekaman, mencemarkan reputasi pemerintah, bermateri buruk, vietnam, toritas Penyiaran dan Informasi,

Google blokir 1.500 rekaman bebahaya atas permintaan Vietnam

Google (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Hanoi (Antara/VNA) - Google telah memblokir 1.500 potongan rekaman bermateri buruk yang diunggah di Youtube dari daftar 2.300 rekaman yang disodorkan oleh pemerintah Vietnam, menurut Otoritas Penyiaran dan Informasi di bawah Kementerian Informasi dan Komunikasi.

Sejak Februari, pihak berwenang Vietnam telah bekerja sama dengan Google dan Facebook untuk menghentikan penyebaran informasi yang memicu kekerasan atau mencemarkan reputasi pemerintah, organisasi dan individu di Vietnam.
     
Selama empat sesi kerja dengan pihak berwenang Vietnam, Google dan Facebook telah menunjukkan kesediaan mereka untuk bekerja sama dengan Vietnam untuk membersihkan lingkungan internet guna melindungi pengguna sesuai dengan peraturan Vietnam dan internasional.

Mekanisme khusus telah disiapkan oleh Google sehingga badan-badan Vietnam dapat mengirimkan banyak tautan dengan materi buruk  pada saat bersamaan. Sementara itu, alat tambahan telah disediakan untuk membantu pengiklan mengendalikan iklan mereka di Youtube dengan lebih baik.

Raksasa jaringan sosial Facebook juga telah menghapus banyak halaman palsu setelah diberi tahu oleh pihak berwenang Vietnam.

Hampir 70 persen penduduk Vietnam menggunakan Internet sementara sekitar 50 persen penduduknya memiliki akun Facebook.

Selain Vietnam, banyak negara lain juga telah melakukan tindakan drastis untuk membangun lingkungan informasi yang sehat di internet.

         Sementara itu pada Rabu (3/5) menurut Xinhua, keluarga korban serangan teror San Bernardino mengajukan gugatan hukum di satu pengadilan federal California terhadap Google, Twitter dan Facebook.

        Mereka menuduh perusahaan media sosial tersebut membantu pelaku serangan 2015 di Southern California sehingga menewaskan 14 orang.

Tuntutan hukum itu --yang diajukan di Pengadilan Distrik AS bagi Sourthern District, California, atas nama keluarga tiga orang yang tewas dalam serangan saat pesta Natal 2015-- menuduh ketiga raksasa teknologi itu memungkinkan anggota kelompok IS melancarkan serangan tersebut, demikian laporan media setempat.

Keluarga korban mengatakan isi daring yang diunggah di jejaring perusahaan itu menyulut sikap garis keras pelaku serangan, kata Los Angeles Times.

"Selama bertahun-tahun, terdakwa tersebut secara terbuka ... telah menyediakan buat kelompok IS akun untuk menggunakan jejaring sosial mereka sebagai alat buat penyebaran propaganda garis keras, mengumpulkan dana dan merekrut anggota baru," demikian antara lain bunyi tuntutan itu.

"Tanpa Twitter, Facebook dan (YouTube) Google milik terdakwa, pertumbuhan ISIS selama beberapa tahun belakangan menjadi kelompok ... paling ditakuti di dunia takkan mungkin terwujud," kata media lokal dengan mengutip tuduhan tersebut.

Sekalipun para pelaku "tak pernah secara langsung mengadakan kontak dengan ISIS, penggunaan media sosial oleh ISIS secara langsung mempengaruhi tindakan mereka pada hari penyerangan San Bernardino", katanya,

Tuntutan itu mencerminkan tindakan serupa di seluruh Amerika Serikat, yang diajukan oleh perusahaan hukum yang sama dalam kasus yang melibatkan serangan di Dallas dan Orlando. Namun, tuntutan hukum serupa terhadap perusahaan media sosial telah ditolak oleh pengadilan dengan mengutip hukum yang memberi kekebalan penyedia layanan daring dari tanggung jawab atas unggahan pengguna.