Borobudur, Jateng (Antarasumsle.com) - Sebanyak 20 seniman berasal dari sejumlah kota menggelar pameran bersama bertajuk "Cinta" di Padepokan Apel Watoe kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 23 Mei-23 Juni 2017.
"Tema cinta dipilih dalam pameran ini karena para seniman melihat keadaan Indonesia akhir-akhir ini yang gontok-gontokan," kata pemilik Padepokan Apel Watoe Borobudur Dedy PAW saat pembukaan pameran tersebut di Borobudur, Selasa (23/5) malam.
Pameran karya mereka dengan kurator dari Yogyakarta, Wahyudin itu, ujarnya, sebagai wujud keprihatinan para pelukis atas situasi kehidupan berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini.
Mereka yang pameran bersama itu, antara lain berasal dari kawasan Candi Borobudur, Kota Magelang, Yogyakarta, Bali, Bandung, Wonosobo, Jakarta, dan Semarang.
Ia mengatakan para perupa melalui teknik dan gaya bahasa seni rupa masing-masing berbicara tentang cinta kepada apa dan siapa saja, baik yang bersifat abstrak maupun konkret.
"Tentang ketuhanan, tentang nasionalisme, kebenaran, manusia, tumbuhan, satwa. Mereka tidak hanya berbicara tentang jagat percintaan yang romantis, tetapi pemahanan yang luas tentang cinta," ujar Dedy PAD yang juga pelukis tersebut.
Pada kesempatan itu, Dedy juga mengatakan melalui pameran itu terjadi pertemuan para seniman setempat dengan mereka dari berbagai kota lainnya di Indonesia, guna memperkuat semangat mereka dalam berkarya seni pada masa mendatang.
"Intinya bisa saling memberikan inspirasi dan mengembangkan jaringan, guna merangsang lahirnya karya-karya baru. Berbagi antarseniman," ujarnya.
Sejumlah karya mereka, antara lain berjudul "Looking to The Future" (Antonius Kho), "Back to The Glory" (Cipto Purnomo), "Worker" (F. Sigit Santoso), "Hidup Bermula dari Mimpi#2" (Hatmojo), "Pasangan" (Hedi Hariyanto), "Earth Song" (Ismanto Wahyudi), "Ia Mengatakan Jalan Spirit" (Ivan Sagita), "Tombo Ati" (Jati
Wegig Munandar), "Evolusi" (Klowor Waldiyono), "Flower of Peace" (Nahla
Ali), dan "Cinta itu Perjalanan Absurd" (Noor Ibrahim),
Kolektor lukisan yang juga pemilik Museum OHD Kota Magelang Oei
Hong Djien mengatakan perkembangan seni rupa tidak lepas dari pesatnya
kemajuan teknologi informasi dan media sosial pada era kesejagatan ini.
Kualitas karya seni, ujarnya, tetap harus mendapatkan perhatian
para seniman, sedangkan para seniman kontemporer perlu menyisipkan
budaya lokal dalam karyanya.
Ia mengatakan para perupa tetap harus memerlukan diri hadir dalam
berbagai kegiatan seni di berbagai tempat guna mengetahui perkembangan
dunia seni.
"Kita perlu selalu mengikuti art event untuk mengikuti perkembangan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan kekaguman atas Borobudur
dengan kawasannya yang saat ini telah mengalami kemajuan yang berarti
dalam kegiatan kesenian.
Berita Terkait
Borobudur "Spiritual Destination"
Minggu, 13 Agustus 2023 12:11 Wib
Gajah Borobudur oindahan ke Gembira Loka Yogya
Jumat, 16 Juni 2023 10:51 Wib
TWC welcomes Buddhist monks conducting Thudong at Borobudur
Sabtu, 3 Juni 2023 8:21 Wib
Orkestra G20: Warisan Indonesia untuk sejarah musik klasik dunia
Selasa, 13 September 2022 7:15 Wib
Polisi belum hentikan penyelidikan laporan Roy Suryo terkait meme stupa candi
Jumat, 29 Juli 2022 15:14 Wib
Roy Suryo tak ditahan atas pertimbangan penyidik
Kamis, 28 Juli 2022 23:29 Wib
Polisi tetapkan Roy Suryo tersangka kasus meme Candi Borobudur mirip wajah presiden
Jumat, 22 Juli 2022 16:57 Wib
FMIPA UGM akan meluncurkan purwarupa Candi Borobudur versi virtual metaverse
Selasa, 5 Juli 2022 2:22 Wib