Delapan film China diproduksi di Indonesia

id pembuatan film, berlokasi d indonesia, pengambilan gambar, Nova Tentunata, film China, Love First Sight

Delapan film China diproduksi di Indonesia

Ilustrasi (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Hengdian, Zhejiang, China (Antarasumsel.com) - Delapan judul film China diproduksi di Indonesia sepanjang tahun 2017, dua di antaranya akan memulai pengambilan gambar pada Juni dan Juli.

"Sudah delapan film yang mengantongi izin untuk melakukan pengambilan gambar di Indonesia," kata Nova Tentunata selaku Direktur Komersial Red and White yang menghubungkan beberapa produser dan sutradara film China dengan pemerintah Indonesia.

Di sela-sela mendampingi beberapa pejabat Badan Ekonomi dan Kreatif RI di Hengdian World Studio's, Provinsi Zhejiang, Jumat, dia menyebutkan film Love First Sight akan melakukan pengambilan gambar di Bali pada Juni 2017.

"Film ini melibatkan aktor utama Reza Rahardian," katanya didampingi CEO Red and White Gandhi Priambodho itu.

Kemudian sutradara film Equatorial Love, Wang Yimin, akan ke Palembang, Sumatra Selatan, untuk memulai pengambilan gambar pada Juli 2017.

Beberapa film lain, lanjut Nova, masih memulai proses produksi di China sebelum melakukan pengambilan gambar di Indonesia.

Pada bulan Agustus 2017, film berjudul Tsunami akan memulai pengambilan gambar di Aceh.

Film karya Jonathan Shen yang menjadi produser film layar lebar Kungfu Yoga dengan dibintangi Jacky Chen itu bakal menelan biaya 30 juta dolar AS.

"Semua film yang diproduksi di Indonesia tersebut berbahasa Mandarin. Sebagian ada yang nantinya diputar di Indonesia," katanya.

Red and White pada 2015 berhasil memfasilitasi produksi film Island Dreamzz karya Julius Liu yang sebagian besar pengambilan gambarnya di Bali.

Dari total produksi film bergenre remaja senilai Rp60 miliar itu sekitar Rp20 miliar dihabiskan untuk biaya produksi di Bali.

"Equator Love rencananya akan menghabiskan dana Rp1 miliar di Palembang," kata Nova.

Red and White selama ini berperan dalam menjembatani kepentingan para sutradara film di China dengan pemerintah Indonesia yang hendak melakukan pengambilan gambar, jasa produksi, dan fasilitas lain terkait dengan perfilman.

"Biasanya film-film garapan sutradara China juga melibatkan produser dari Indonesia atau pemilik properti perfilman di Indonesia," kata Gandhi yang terus mendorong sutradara China untuk memproduksi film di Indonesia.

Di Hengdian World Studio's, beberapa pejabat Bekraf yang dipimpin Deputi Pemasaran Joshua PM Simandjuntak, mendapatkan kesempatan mengelilingi kompleks pembuatan film seluas 300 hektare.

Kompleks yang berlokasi sekitar 18 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Zhejiang di Dongyang tersebut juga ramai dikunjungi para wisatawan domestik.

Selain dapat dengan mudah bertemu para bintang film pujaan di sela-sela pengambilan gambar, para wisatawan juga bisa menonton pertunjukan seni dan menikmati wahana permainan sekelas Universal Studio's.