APPI: Indonesia kekuarangan jutaan bibit puyuh

id puyuh, burung puyuh, Peternak Puyuh Indonesia, Slamet Wuryadi, mie instan

APPI: Indonesia kekuarangan jutaan bibit puyuh

Telur Puyuh (IST)

Sukabumi (Antarasumsel.com) - Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) menyebutkan bahwa Indonesia masih kekurangan jutaan bibit puyuh produktif untuk mengejar target permintaan telur puyuh tingkat nasional.

"Ada empat provinsi yang populasi burung puyuhnya terbanyak di Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta," kata ketua APPI Slamet Wuryadi di Sukabumi, Minggu.

Menurutnya, permintaan akan telur puyuh saat ini meningkat drastis, bahkan produsen mie instan terbesar di Indonesia meminta pasokan setiap bulannya mencapai 4 juta perbulan.

Belum lagi permintaan dari masyarakat nonindustri yang setiap harinya membutuhkan pasokan 15 juta butir.

Untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas telur puyuh diperlukan bibit yang berkualitas. Namun sayangnya saar ini pemenuhan bibit puyuh belum bisa terpenuhi walaupun pemerintah baik daerah hingga pusat sudah sangat memperhatikan potensi ekonomi ini.

Bahkan, Lampung dan Nusa Tenggara Timur serta beberapa daerah lainnya kerap meminta pasokan bibit puyuh ke Kabupaten Sukabumi, Jabar. Tetapi karena jumlahnya terbatas terpaksa tidak bisa memenuhi permintaan tersebut tetapi disesuaikan dengan populasi yang ada.

Adapun kualitas bibit puyuh betina yang baik seperti minimal berusia 45 hari dan mampu bertelur selama 18 bulan yang rata-rata perharinya dua hingga tiga butir.

"Selain telur, bibit puyuh juga sangat tinggi permintaannya apalagi masyarakat sudah mulai "melek" bahwa telur puyuh tersebut mempunyai kadar protein paling tinggi dibandingkan unggas lainnya sementara kadar lemaknya terendah," tambahnya.

Slamet mengatakan dibandingkan beternak unggas lainnya seperti ayam potong, puyuh lebih berpeluang menambah penghasilan karena peluang usahanya sudah jelas dan tidak ada kartelnya dibandingkan ayam.

Selain itu, mulai telur, daging, tulang hingga tainya mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seharusnya ini bisa menjadi peluang usaha masyarakat minimalnya untuk sampingan penghasilan.

"Peternak baru tidak perlu pusing menjajakan hasil ternaknya karena pasar sudah siap menampungnya dan berapa pun jumlahnya sudah pasti diterima," katanya.