Menpar: Pekerja sektor pariwisata masih dibayar murah

id Arief Yahya, Menteri Pariwisata, pariwisata, tradisi, kebudayaan, gaji pegawai

Menpar: Pekerja sektor pariwisata masih dibayar murah

Menteri Pariwisata Arief Yahya. (ANTARA FOTO/Akso)

Palembang (Antarasumsel.com) - Pekerja sektor pariwisata di Indonesia hingga kini masih dibayar dengan gaji per bulan yang relatif murah jika dibandingkan bidang kerja lain.

Menteri Pariwisata Arief Yahya di Palembang, Rabu, mengatakan, kondisi ini cukup memprihatinkan di tengah semakin potensialnya pekerjaan di sektor ini.

"Gaji masih kecil sekali jika dibandingkan mereka yang bekerja di perusahaan komunikasi dan perusahaan tambang. Untuk level CEO saja, bisa dikatakan gajinya selevel manajer, tidak sampai Rp100 juta per tahun. Coba bandingkan dengan gaji CEO perusahan migas yang bisa Rp1 miliar hingga Rp2 miliar per tahun," kata Arief seusai peletakan batu pertama Poltek Pariwisata Palembang.

Untuk itu perlu adanya upaya serius dari kalangan pelaku pariwisata untuk meningkatkan pendapatan.

Menurut Arief, salah satu yang paling efektif yakni mengharuskan setiap tenaga kerja profesional memiliki sertifikat berstandar internasional, atau setidaknya tingkat regional Asean yang dikeluarkan saat menyambut Masyarakat Ekonomi Asean.

Langkah awal yang paling tepat yakni memulainya di sektor pendidikan tinggi pariwisata. Seluruh Poltek Pariwisata yang berada dibawa kendali Kementerian Pariwisata saat ini diwajibkan mengeluarkan lulusan bersertifikat.

"Bahkan, Poltek Negeri Pariwisata Palembang saya wajibkan lulusan setidaknya memiliki sertifikat standar regional, dengan begitu lulusan bukan hanya terserap di dalam negeri tapi juga di luar negeri," kata dia.

Bagi Arief, tidak masalah jika tenaga kerja lulusan Poltekpar memilih bekerja di luar negeri.

Hal ini justru membanggakan karena Indonesia dapat mengirimkan tenaga kerja berlatar skill, bukan seperti selama ini hanya dikenal sebagai pengimpor tenaga kerja bukan ahli.

"Banyak yang bertanya, kenapa saya kasih izin mereka kerja di luar negeri, padahal sudah susah-susah dilatih di dalam negeri. Tidak sayangkah ? karena dalam negeri sedang membutuhkan. Semula saya berpikir demikian, namun setelah mendapatkan kenyataan bahwa selama ini Indonesia disepelekan, justru saya berpikir sebaliknya," kata dia.

Pertumbuhan sektor pariwisata demikian pesat di dalam negeri akan tetapi belum sejalan dengan jumlah pendapatan para tenaga kerjanya.

Sejauh ini, hampir 100 persen lulusan Poltek Pariwisata dan Sekolah Tinggi Pariwisata di Tanah Air terserap pasar. Malahan Arief menggaransi bahwa ada 30 persen lulusan telah bekerja di luar negeri.