Gapkindo: Tingkatkan serapan karet alam dalam negeri

id Gapkindo, karet, Pengusaha Karet, Alex K Eddy, produksi karet, kenaikan harga, juta ton, petani

Gapkindo: Tingkatkan serapan karet alam dalam negeri

Ilustrasi . (Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag/17) ()

Palembang (Antarasumsel.com) - Peningkatan serapan karet alam di dalam negeri harus ditingkatkan mengingat pasokan membanjiri pasar internasional telah membuat harga ideal tidak pernah terbentuk lagi sejak 2013.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy, di Palembang, Minggu, mengatakan hingga kini serapan karet alam dalam negeri masih sangat rendah meski pada 2016 meningkat 9 persen dari tahun sebelumnya.

"Pada 2016 hanya terserap 601.890 ton karet alam dari total produksi 2,64 juta ton secara nasional. Jelas ini masih kurang, dan Gapkindo berharap setidaknya tembus 1 juta ton," kata dia lagi.

Harapan itu beralasan, mengingat pemerintah sempat berjanji akan meningkatkan serapan melalui sejumlah proyek infrastruktur yang kebetulan sedang giat dilakukan di dalam negeri.

Serapan karet alam dalam negeri ini akan digunakan untuk campuran aspal, bantalan rel kereta api dan pintu air, serta pembangunan pelabuhan.

"Hingga kini rencana itu belum terealisasi, kami menunggu janji pemerintah," kata dia pula.

Ia mengemukakan masih kurang serapan karet alam dalam negeri mengakibatkan komoditas karet Tanah Air tak ada pilihan lain kecuali untuk diekspor. Sebagian besar hasil karet nasional digunakan sebagai bahan ekspor ke luar negeri, terutama ke negara-negara produsen ban dunia.

Karena itu, selain meningkatkan serapan dalam negeri, perlu juga langkah cepat dari pemerintah untuk melakukan pengembangan industri penghiliran dalam negeri.

Gapkindo berharap pemerintah menggandeng investor untuk membangun industri hilirisasi karet di dalam negeri untuk menghentikan ketergantungan pada ekspor.

"Hilirisasi ini sejak lama dipandang sebagai solusi, tapi entah kapan terealisasi di Sumsel. Padahal jika ada pabrik ban sendiri, setidaknya sudah mengurangi ekspor karet alam mentah," ujar dia lagi.

Kondisi ekonomi global saat ini sedang lesu, sehingga pasokan karet di pasaran internasional berlimpah. Dampaknya, harga jatuh sejak April, padahal pada akhir tahun lalu sempat membaik sebagai dampak bencana banjir di sentra karet Thailand.

Harga karet di tingkat petani jatuh sejak sepekan terakhir hingga melewati batas ambang kewajaran yakni Rp3.500-Rp4.000 per kilogram, diduga sebagai dampak anjlok harga di pasaran ekspor.

Padahal, petani karet sempat girang ketika harga mulai membaik pada akhir tahun lalu, yakni mulai tembus Rp8.000 per kg dari harga ideal Rp10.000 per kilogram. Kenaikan harga ini dipicu harga di pasaran internasional yakni 2,3 dolar AS hingga Maret 2017.

Namun, sejak April 2017, harga karet mulai bergerak turun lagi, dan puncaknya terjadi pada pekan ini.