Daun bakau hitam teruji dapat obati diare

id Daun Bakau Hitam, obati diare, secara ilmiah, Institut Pertanian Bogor, pertumbuhan bakteri E. Coli, EPEC, S. Aureus, P. Aeruginosa

Daun bakau hitam teruji dapat obati diare

Ilustrasi. (Pixabay)

Bogor (Antarasumsel.com) - Tradisi menggunakan Daun Bakau Hitam sebagai obat diare oleh masyarakat pedesaan teruji secara ilmiah melalui hasil penelitian yang dilakukan Anak Agung Ayu Putu Puspita Negara, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Ektrak metanol daun bakau hitam mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli, EPEC, S. Aureus, P. Aeruginosa, dan S. Typhimurium," kata Dr Kustiariyah Tarman, selaku dosen pembimbing Anak Agung, di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan anak bimbingannya, komponen aktif yang terkadung pada ekstrak metanol dan air daun bakau hitam meliputi tanin, saponin, fenol hirokuinon, flavonoid, dan triterpenoid.

"Komponen alkaloid ini hanya terkandung pada ekstrak metanol daun bakau hitam," katanya.

Kustiariyah mengatakan, dalam penelitian tersebut, mahasiswa bimbingannya meneliti anti bakteri yang terkandung pada daun bakau hitam terhadap bakteri-bakteri penyebab diare.

Menurutnya, penelitian tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya guna dari asosiasi mangrove tersebut karena pembuktian empiris berdasarkan pengalaman pengguna semata tidaklah cukup tanpa adanya acuan informasi ilmiah yang mendukung.

"Untuk menguji kandungan anti bakteri daun bakau hitam, terlebih dahulu dilakukan pengkoleksian dan melakukan prelarasi bahan baku," katanya.

Selanjutnya, dengan mengekstraksi senyawa aktif, uji komponen aktif, pengujian aktivitas anti bakteri, lalu menentukan konsentrasi hambat minimun. Setelah itu barulah melakukan penentuan fraksi aktif yang terkandung dalam ekstrak daun bakau hitam.

Ia menjelaskan, diare sebagai masalah kesehatan utama di Indonesia, karena tidak bisa dianggap sepele dapat menimbulkan kematian, khususnya pada bayi dan balita.

"Wabah diare dapat terjangkit dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat sehingga sulit untuk diatasi," katanya.

Penyebab diare beragam yakni infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit lainnya. Namun yang menjadi penyebab utama adalah infeksi bakteri.

Menurut Kustiariyah, penanganan secara medis untuk mengobati diare adalah dengan menggunakan sejumlah antibiotik. Namun, penggunaannya secara rutin dapat menyebabkan terjadinya efek samping berupa resistensi Enteropathogenic Escherichia Coli (EPEC) terhadap antibiotik tersebut.

"Resistensi bakteri yang cenderung meningkat tentu akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi bakteri menjadi lebih sulit untuk diobati," katanya.

Melalui penelitian yang dilakukan Anak Agung Ayu Putu Puspita Negara, mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB dengan judul "Antivitas Anti Bakteri Ekstrak Daun Bakau Hitam Rhizophora mucronata terhadap Bakteri Penyebab Diare" membantu kajian farmakologi tanaman bakau hitam untuk obat diare.

Selain Kustiariyah, penelitian tersebut juga dibimbing oleh dosen pembimbing Dr Sri Purwaningsih. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadap bakteri E. coli diuji secara bioautografi dapat ditunjukkan dengan adanya bercak hambatan pada media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri tersebut.

Mekanisme penghambatan bakteri oleh senyawa alkaloid diduga dengan cara menggunakan komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara untuh dan menyebabkan kematian sel tersebut.

Dengan adanya penelitian tersebut, daun bakau hitam yang sudah dikenal sebagai obat diare secara tradisional dan turun-temurun oleh masyarakat pesisir terbukti secara ilmiah sebagai anti diare dengan menghambat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab diare.

"Daun bakau hitam sebagai obat diare dapat dibuktikan secara ilmiah," kata Kustariyah.