Penghasilan nelayan tak cukupi kebutuhan hidup

id nelayan, penghasilan, melaut, menangkap ikan, Pulau Siak, Riau

Penghasilan nelayan tak cukupi kebutuhan hidup

Ilustrasi - Kapal nelayan (Antarasumsel.com)

....Saya sendiri bertekad tidak mau jadi nelayan, beruntung orangtua mendukung dan saat ini saya kuliah di Palembang atas bantuan biaya sanak keluarga....
Palembang (Antarasumsel.com) - Penghasilan nelayan Sumatera Selatan tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka kesulitan untuk lepas dari belenggu tauke.

Ruslan Aziz (45), nelayan asal Sungsang, Banyuasin, di Palembang, Rabu, mengatakan, sejak memulai profesi sebagai nelayan pada usia 18 tahun maka sejak saat itu dirinya tidak pernah lepas dari tauke.

"Mau bagaimana lagi, jika kesulitan uang, kami larinya ke tauke, ya mau ke mana lagi karena pendapatan memang tidak mencukupi," kata Ruslan.

Ia mengatakan, di saat keluarganya dihadapkan kebutuhan mendesak seperti anak yang sedang sakit atau anak mau masuk sekolah maka persoalan ini hanya dapat diatasi dengan meminjam uang ke tauke.

Akibatnya, Ruslan tidak pernah memiliki harga tawar saat akan menjual ikan ke tauke.

"Semua mereka (tauke) yang menentukan. Tentu ada selisih harga jika dibandingkan di pasaran, misal seharusnya Rp1 juta, maka hanya dibayar tauke Rp800 ribu. Mau bagaimana lagi, saya juga tidak enak jika jual sendiri," kata dia.

Beratnya himpitan menjadi nelayan, membuat Ruslan bertekad menyekolahkan keempat anaknya. Namun, dari empat anak tersebut hanya dua orang yang tidak menjadi nelayan.

Menurutnya, saat ini menjadi nelayan semakin sulit mengingat tangkapan ikan di sekitar Sungsang sudah jauh berkurang. Akibatnya, para nelayan terpaksa menjelajah tempat yang cukup jauh yakni hingga ke Pulau Siak, Riau. Dampaknya, biaya operasional pun membengkak.

"Jika mau berangkat sendiri, saya tidak berani. Jadi sama-sama teman sekitar lima orang, nanti akan bagi hasil. Pernah, kami berangkat melaut untuk lima hari, setelah dihitung-hitung maka masing-masing cuma dapat Rp250.000," kata dia.

Kesulitan hidup nelayan juga digambarkan Sofian (18), anak nelayan asal Sungsang.

Ia mengatakan, sejak kecil sudah terbiasa hidup seadanya karena tidak setiap hari ayahnya membawa uang.

"Kadang ombak tinggi, ayah tidak bisa melaut. Kami pun makan seadanya. Saat ini pun masih, bahkan lebih sulit karena tangkapan ikan di Sungsang jauh berkurang," kata dia.

Ia mengharapkan, pemerintah dapat memperhatikan nasib nelayan ini seperti memberikan bantuan alat tangkap, beasiswa, dan pembangunan rumah layak huni.

"Saya sendiri bertekad tidak mau jadi nelayan, beruntung orangtua mendukung dan saat ini saya kuliah di Palembang atas bantuan biaya sanak keluarga," ujar dia.