Lukisan Mural warnai arena festival lima gunung

id Festival Lima Gunung, pelukis, street art, Padepokan Warga Budaya Gejayan

Lukisan Mural warnai arena festival lima gunung

Sejumlah pelukis membuat karya mural di arena Festival Lima Gunung XVI/2017 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang di kawasan Gunung Merbabu. (ANTARA/dokumen Hari Atmoko)

Magelang (Antarasumsel.com) - Lukisan berupa mural, karya 15 seniman mewarnai arena Festival Lima Gunung XVI yang rangkaian puncaknya pada 28-30 Juli 2017 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di kawasan Gunung Merbabu.

Koordinator pelukis mural untuk Festival Lima Gunung XVI/2017 Asrul Sani di Magelang, Kamis, mengatakan para pelukis itu berasal dari sejumlah grup di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang.

Mereka, ujarnya, antara lain dari kelompok "Grafiti Bengkel Seni", "Diskusi Pahit", "Jeritan Rakyat", "Ipeh and Sofie", dan "Gasebo".

Para pelukis membuat mural yang juga sering disebut "street art" itu, antara lain di pot-pot tanaman hias di tepi jalan Dusun Gejayan, bagian dasar gapura dan instalasi batu menuju Padepokan Warga Budaya Gejayan.

"Sejak tiga hari lalu, kami mulai membuat karya di sini (arena Festival Lima Gunung, red.) sampai nanti hari terakhir festival," katanya.

Sebelum membuat karya mural di dusun kawasan barat Gunung Merbabu itu, sejumlah pelukis juga mempromosikan Festival Lima Gunung XVI melalui karya bersama mereka di salah satu tembok sekitar lampu pengatur lalu lintas di kawasan Pecinan Kota Magelang.

Ia menjelaskan tentang karya mural dengan bahan utama cat tembok dengan warna-warna oplosan di arena Festival Lima Gunung XVI yang antara lain merespons lingkungan alam dan desa dan persoalan sosial desa-kota.

"Wujudnya, antara lain tentang hal-hal yang menyangkut konsep mendasar, gunung, motif-motif ornamen, satwa, figur-figur wajah," ujarnya.

Ia mengatakan lukisan mural sebagai karya seni kontemporer bisa hadir di mana saja dengan mengusung pesan-pesan simbolis.

"Baik di daerah perkotaan maupun di desa," ujarnya.

Festival Lima Gunung ajang tahunan yang pada 2017 sebagai penyelenggaraan tahun ke-16 diprakarsai secara mandiri oleh para seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh).

Festival pada 2017 dengan mengusung tema "Mari Goblok Bareng" itu sedikitnya menghadirkan 60 grup kesenian dari komunitas tersebut dengan jejaringnya di berbagai kota di Indonesia.

Agenda festival, antara lain pementasan kesenian tradisional dan kontemporer, pentas musik, performa seni, peluncuran buku, pameran lukisan dan batik, prosesi kirab budaya, serta pidato kebudayaan.