BNPB Sumsel tambah patroli udara cegah karhutla

id bnpb, karhutla, kebakaran hutan, helikopter

BNPB Sumsel tambah patroli udara cegah karhutla

Kru Helikopter MI-17 milik BNPB memperhatikan lahan yang terbakar . (ANTARA Sumsel/Nova Wahyudi/dol/17) ()

Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Selatan menambah jadwal patroli udara untuk merespons tingginya tingkat kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada sepuluh hari ke depan.

Kepala BPBD Sumsel Iriansyah di Palembang, Kamis, mengatakan semula jadwal patroli hanya dua kali dalam satu hari, kini ditambah menjadi empat kali.

"Semula hanya pagi dan sore saja, tapi kini ditambah menjadi pagi, siang, sore, dan malam," kata Iriansyah.

Ia menjelaskan, patroli udara khusus dilakukan di malam hari karena beberapa kasus menunjukkan terdapat warga yang sengaja membakar lahan pada malam hari untuk mengelabui petugas.

"Laporan dari patroli udara yang menunjukkan adanya titik api ini sangat dibutuhkan untuk penanganan dini karhutla," kata Iriansyah.

Menurut Iriansyah, patroli secara langsung ini masih dibutuhkan meskipun BNPB juga menggunakan data dari satelit LAPAN untuk memantau titik panas.

"Terkadang dari satelit tidak terpantau tapi di lapangan ada, jadi perlu ada pemantauan langsung melalui helikopter," kata dia.

Selain menambah jadwal patroli, BNPB dalam upaya pecegahan juga melakukan teknologi modifikasi cuaca (tmc) menabur garam di awan. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam satu hari.

Sementara untuk sarana dan prasarana karhutla, hingga kini masih disiagakan empat unit helikopter yakni tiga unit jenis pembom air, dan satu unit untuk patroli.

Kesiagaan ditingkatkan dalam masa 10 hari menjelang akhir masa kemarau karena musim hujan diperkirakan akan tiba pada Oktober 2017 menurut rilis BMKG setempat.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di Sumatera Selatan dipicu oleh puncak musim kemarau pada 11-18 September 2017 di Ogan Ilir dan Muaraenim. Kali ini, kebakaran tidak hanya di lahan gambut tapi telah merembet ke tanah mineral di Muara Belida, Muaraenim, yang diperkirakan telah menhanguskan lahan seluas 150 hektare.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan sejak Februari 2017. Sementara itu BMKG merilis puncak musim kemarau di Sumsel diperkirakan masih akan berlangsung hingga 10 hari ke depan.