BRG bentuk desa peduli gambut di Sumsel

id Myrna A Safitri, Restorasi Gambut, Kesatuan Hidrologi, Ogan Komering Ilir, kebakaran lahan

BRG bentuk desa peduli gambut di Sumsel

Dokumentasi- penanaman pohon di lokasi hutan buatan restorasi gambut Sepucuk. (Antarasumsel.com/Dolly Rosana/Ang/17)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Restorasi Gambut membentuk desa peduli gambut di Sumatera Selatan untuk mempercepat proses perevitalisasian mata pencarian masyarakat yang berada di kawasan Kesatuan Hidrologi Gambut.

Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Myrna A Safitri di Palembang, Senin, mengatakan sebanyak 15 desa di Sumsel yang tersebar di tiga kabupaten yakni Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir akan didampingi tim fasilitator BRG untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Kesejahteraan masyarakat yang berada di KHG ini salah satu kunci utama agar lahan gambut di desanya tetap terpelihara. Jika masyarakat miskin maka rentan sekali terjadi pembakaran lahan," kta Myrna seusai pembukaan pelatihan pembentukan desa peduli gambut.

Ia menjelaskan BRG yang dibentuk pemerintah pada Januari 2016 lalu memiliki tiga tugas pokok yakni pembasahan lahan gambut, penanaman dengan jenis tanaman lokal, dan perevitalisasian mata pencarian masyarakat.

Terkait perevitalisasian ini ditargetkan mulai berjalan pada 2018 hingga tahun 2020, sehingga sejak 2017 dilakukan kegiatan yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat desa gambut.

"Sehingga BRG menilai, yang paling efektif stimulusnya yakni melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)," kata dia.

Selain BUMDes telah mendapatkan alokasi dana dari APBN, BRG juga mengamati bahwa pada prinsipnya tujuan dari pendirian BUMDes ini sejalan juga dengan tujuan perestorasian lahan gambut.

"Ada desa yang sudah ada BUMDes tapi belum berkegiatan, tapi ada juga yang belum ada sama sekali. Di sinilah BRG masuk, menyediakan fasilitatornya berupa pemberian pelatihan-pelatihan ke warga terkait pembentukan dan pendirian BUMDes," kata dia.

Selain itu, BRG yang tahun ini membentuk 75 desa peduli gambut juga melakukan pelatihan-pelatihan kegiatan ekonomi bertujuan meningkatkan nilai tambah dari keberadaan lahan gambut. Selama ini warga desa hanya memanfaatkan lahan gambut untuk penyediaan pangan seperti menanam padi, jagung, kelapa, kelapa sawit, dan tambak ikan, tambak udang.

"Seperti di Ogan Komering Ilir diketahui ada kearifan masyarakat lokal membuat tikar furun. Ini bisa dikembangkan juga untuk membuat sandal, tas, dan lainnya," kata dia.

Sebanyak 2 juta hektare lahan gambut ditargetkan direstorasi 2016-2020 yang tersebar di tujuh provinsi.