Presiden singgung Indonesia tidak miliki terminal "cruise"

id Joko Widodo, terminal, dermaka kal pesiar, dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak

Presiden singgung Indonesia tidak miliki terminal "cruise"

Dokumentasi: Kapal Pesiar Artania Di Surabaya Warga berfoto dengan latar belakang kapal pesiar MS Artania yang sandar di dermaga Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur (ANTARA /Didik Suhartono)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Presiden Joko Widodo menyinggung Indonesia yang belum memiliki terminal "cruise" (kapal pesiar besar) sehingga tidak ada "yacht" yang mampir ke Tanah Air.

"Kita ini negara kepulauan tapi kita tidak punya terminal 'cruise', 'yacht' gimana kapal pesiar mau datang ke kita. Suruh parkir di mana, di Ciliwung," kata Presiden saat berbicara dalam acara penutupan rapat koordinasi nasional Kadin 2017 di Jakarta, Selasa.

Presiden Jokowi mengungkapkan saat berkunjung ke Singapura dan melihat terminal cruise, dirinya yakin Indonesia mampu membuatnya.

"Saya lihat, seperti itu satu tahun buat 10 juga bisa. Kemarin di paripurna saya sudah perintahkan, dalam dua tahun bangun 10," kata Presiden.

Ia mengakui bahwa industri pariwisata belum dikerjakan secara serius, padahal produknya ada semua namun perlu waktu.

"Saya kira kit semua paham bertahun-tahun jumlah wisman kita tidak pernah tembus ke angka 10 juta, padahal Thailand 30 juta,  Malaysia 24 juta, produk kita 10 kali yang mereka punya, mungkin 15 kali dari yang mereka punya," katanya.

Namun, kata Presiden, Thailand, Malaysia, Singapura terus berkembang sehingga dirinya ingin menggugah dunia usaha agar peluang seperti ini dimanfaatkan,

"Kita punya Labuan Bajo tinggal jual saja, kita punya Danau Toba, Wakatobi, Borobudur, Bromo, tapi nggak pernah kita perbaiki bersama," kata Presiden.

Ia mengakui masih ada perdebatan saat ini terkait memperbaiki produk dulu atau membangun "brand" atau memasarkan dulu.

"Dua-duanya harus jalan, kalau nggak kita telanjur gembar-gembor bangun 'brand', orangnya kecewa nggak balik lagi. Ini pekejraan besar dunia usaha," katanya.

Presiden mengaku telah memperintahkan Menteri Pariwisata agar target 2019 sebesar 20 juta wisman harus tercapai, jika tidak taruhannya jabatannya.

"Enak aja nggak diberi target. Jadi menteri nggak diberi target terlalu enak buat saya," kata Presiden yang disambut tempuk tangan.

Presiden mengaku pada dua tahun lalu telah membuat program bebas visa untuk meningkatkan kunjungan wisatawan asing masuk ke Indonesia.

"Saya lihat Singapura sudah 170, kita baru 14. Negara lain gitu kenapa kita tidak?. Kalau negara orang buka ya kita harus buka," katanya.

Presiden berharap dengan dibukanya bebas visa ini dapat dilihat yang saat ini Indonesia mesih di angka 7 juta kunjungan wisman per tahun bisa melompat sesuai target.