Palembang (ANTARA Sumsel) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan memprakirakan memasuki musim kemarau Juli 2016 ini masih terdapat cukup banyak hujan atau sering disebut kemarau basah.
"Beberapa hari terakhir Kota Palembang dan daerah Sumsel lainnya sering turun hujan. Kondisi ini disebabkan kelembapan yang tinggi di wilayah Indonesia dan fenomena La Nina atau gejala gangguan iklim yang diakibatkan penurunan suhu permukaan laut Samudera Pasifik," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama di Palembang, Senin.
Dia menjelaskan, La Nina terjadi karena angin passat bertiup dengan kencang dan terus menerus melewati Samudera Pasifik menuju Australia.
Angin passat ini akan mendorong lebih banyak air hangat di Samudera Pasifik menuju Australia Utara sehingga hujan banyak turun di Samudera Pasifik Barat, Australia Utara, dan Indonesia.
Dalam kondisi kemarau basah tahun ini, kemungkinan terjadinya titik api (hot spot) yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan penyebab bencana kabut asap relatif kecil, namun penyebab bencana itu harus tetap diwaspadai.
"Dengan kewaspadaan yang tinggi diharapkan pada musim kemarau tahun ini bisa dihindari atau paling tidak diminimalkan timbulnya masalah kebakaran hutan dan lahan pertanian atau perkebunan serta kabut asap seperti tahun 2012 dan 2015," ujarnya.
Menurut dia, musim kemarau di provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa ini, sesuai dengan masa musimnya atau masih tergolong normal.
Dalam kondisi awal kemarau basah Juli 2016 ini, secara umum kondisi cuaca di 17 kabupaten/kota berawan hingga berpotensi turun hujan sedang diserta angin kencang.
Hujan diserta angin kencang berpeluang turun di wilayah Sumsel dengan karakter secara tiba-tiba dengan sebarannya tidak merata atau hujan lokal, ujar Indra.
Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Yulizar Dinoto menjelaskan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang parah seperti musim kemarau 2015, pihaknya berupaya meningkatkan pemantauan kawasan hutan dan lahan di sejumlah daerah rawan terbakar.
"Untuk mencegah terjadinya bencana kabut asap pada tahun ini, memasuki musim kemarau, kegiatan pemantauan kawasan hutan dan lahan rawan terbakar lebih ditingkatkan dengan melakukan operasi udara dan darat," ujarnya
Untuk melakukan operasi udara, pihaknya menggunakan dua unit helikopter sedangkan operasi darat pihaknya dibantu personel TNI, Polri, kelompok masyarakat peduli api serta Manggala Agni.
Kegiatan operasi itu dilakukan di sejumlah kabupaten yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin.
Pemantauan kawasan hutan dan lahan perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan sejak dini kebakaran hutan dan lahan pada Juli ini sewaktu-waktu mulai sering terdeteksi titik panas, kata Yulizar.
Berita Terkait
BMKG: Sumsel dan 18 provinsi berpotensi diguyur hujan lebat
Kamis, 16 Mei 2024 6:32 Wib
BMKG sebut dua titik panas terpantau di Sumatera Utara
Rabu, 15 Mei 2024 14:21 Wib
BMKG prakirakan cuaca sebagian besar Indonesia cerah berawan Rabu
Rabu, 15 Mei 2024 7:59 Wib
BMKG: Waspada hujan sedang-lebat pada Selasa di Sumsel dan sejumlah wilayah lain
Selasa, 14 Mei 2024 8:43 Wib
Potensi banjir lahar Gunung Marapi susulan lebih besar
Selasa, 14 Mei 2024 8:41 Wib
Rentetan getaran gempa perbesar kerawanan longsor di Sumbar
Senin, 13 Mei 2024 14:16 Wib
BMKG sebut Sumsel dan 13 daerah berstatus waspada dampak cuaca ekstrem
Sabtu, 11 Mei 2024 8:33 Wib
BMKG prakirakan hujan petir landa Palembang dan sebagian wilayah ibu kota pada Kamis
Kamis, 2 Mei 2024 7:32 Wib