Sejumlah ikan glodok terlihat berloncat-loncatan, merangkak naik ke
daratan atau bertengger pada akar-akar pohon bakau atau mangrove di
sekitarnya. Ikan-ikan itu tampak seperti bercengkerama satu sama lain,
seperti tak terusik oleh pengunjung di sekitarnya.
Pemandangan melihat kelincahan ikan glodok itu pun menjadi daya
tarik bagi pengunjung, terutama anak-anak dan para pelajar yang datang
ke hutan mangrove di Desa Sriminosari.
Ikan glodok itu memang menjadi salah satu daya tarik saat
mengunjungi objek wisata hutan mangrove yang terdapat di Desa
Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur,
Provinsi Lampung.
Saat berkunjung ke objek wisata hutan mangrove ini, selain dapat
menikmati suasana alami di dalam hutan mangrove yang tenang, sejuk,
dengan pemandangan yang asri, pengunjung juga bisa menyaksikan ratusan
ikan glodok atau ikan blodok di atas lumpur di antara sela-sela batang
pohon mangrove. Pemandangan bagi pengunjung yang menyenangkan hati dan
sayang jika dilewatkan.
Dari atas rute traking sepanjang 900 meter melalui batang pohon
bambu di atas tanah berlumpur menembus hutan mangrove menuju pantai di
pesisir Kabupaten Lampung Timur itu, pengunjung bisa melihat ikan-ikan
glodok berenang dan melompat-lompat di atas tanah berlumpur yang berair.
Bentuk badan ikan ini yang lucu seperti torpedo, dengan mata
menonjol seperti kodok membuat mata kita tidak bosan meihat tingkah
polahnya.
Informasi dari berbagai referensi menyebutkan, ikan glodok bisa
merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau, dan
itulah kemampuan luar biasa ikan glodok atau disebut juga ikan tembakul
ini.
Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai terdapat
pohon-pohon bakau. Ikan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup di darat
meskipun belum sepenuhnya. Matanya yang besar dan mencuat keluar dari
kepalanya, sehingga ketika berenang, matanya itu biasanya berada di atas
air. Sirip dadanya pada bagian pangkal berotot, dan sirip ini bisa
ditekuk hingga berfungsi seperti lengan yang dapat digunakan untuk
merangkak atau melompat di atas lumpur.
Ikan glodok biasanya ditemukan di muara-muara sungai yang banyak
pohon bakaunya, di pantai pulau-pulau karang yang ada bakaunya, glodok
juga dapat di temukan, termasuk di pantai Kabupaten Lampung Timur.
Beberapa jenis ikan glodok itu, seperti Periophthalmus koelreuteri
(dengan panjang sekitar 150 mm) dan Periophthalmus vulgaris (panjang
sekitar 105 mm).
Bila air surut ikan glodok banyak terlihat keluar dari air,
merangkak atau melompat-lompat di atas lumpur, dan jika air pasang ikan
itu akan masuk ke hutan bakau, serta baru turun kembali ke lumpur-lumpur
pantai bila air telah surut atau bersembunyi pada lubang-lubang
sarangnya.
Menurut sejumlah sumber dari hasil penelitian, menyatakan toleransi
ikan itu sangat besar terhadap perubahan salinitas air. Sirip dada
ekornya digunakan sebagai alat gerak di darat. Ikan ini kadang-kadang
bergerombol bertengger pada akar-akar tunjang pohon bakau Rhizophora sp
atau berada di antara akar-akar tunjang pohon bakau Sonneratia sp. Sirip
perutnya yang menyatu berfungsi sebagai alat pengisap untuk
berpegangan.
Organ pernapasan pada ikan glodok adalah insang tetapi telah
disesuaikan untuk bisa digunakan di darat, dengan memerangkap air di
rongga insang menutup rapat mulut dan tutup insang. Ikan ini bisa berada
di darat selama air yang di bawahnya masih mengandung oksigen kalau
oksigennya habis, ikan ini harus segera mencari air segar lagi dan
proses yang sama terulang kembali.
Ikan glodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan
subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua
Afrika.
Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies ikan glodok yang
terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus,
Periophthalmus, dan Periophthalmodon. Beberapa spesies contohnya adalah
Pseudapocryptes elongatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus
novemradiatus, Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus
dan Periophthalmodon schlosseri.
Selain ikan glodok atau bahasa Ingrisnya ikan mudskipper, satwa
yang dapat dilihat pada hutan mangrove Desa Sriminosari adalah kepiting
wideng. Kepiting wideng dan ikan glodok menjadi satwa yang paling banyak
dilihat terutama oleh anak-anak saat berkunjung bersama orang tua
mereka ke objek wisata hutan bakau ini.
Diminati Anak-anak
Saat berkunjung ke objek wisata hutan mangrove di Desa Srimonosari
ini, Sabtu (7/10), terlihat banyak anak-anak bertanya kepada orang
tuanya tentang sejumlah jenis ikan dan kepiting yang dilihatnya.
Darmanto, Ketua Koperasi Nelayan Rukun Sido Makmur, inisiator
pengembangan objek wisata hutan mangrove ini, menyebutkan banyak jenis
satwa yang bisa disaksikan selain ikan glodok dan kepiting wideng, yaitu
sejumlah burung liar, di antaranya burung cangak, burung bangau, dan
burung belibis.
"Tapi datang sore hari kalau ingin melihat burung, mengingat siang
hari biasanya hanya sedikit burung yang terlihat," kata Darmanto lagi.
Dia menjelaskan, selain sebagai tempat rekreasi bagi warga untuk
tempat berswafoto, objek wisata tersebut juga dimanfaatkan sejumlah
sekolah di Lampung Timur untuk mengedukasi siswanya.
"Para guru dari berbagai sekolah itu mengenalkan jenis-jenis
mangrove dan berbagai satwa di hutan mangrove ini, kemudian siswanya
diminta menggambar hutan mangrove dan berbagai satwa yang ada, seperti
yang dilihat oleh para siswa," ujarnya lagi.
Menurutnya, pengembangan wisata hutan mangrove ini telah berdampak
bagi warga desa sekitar, baik secara ekonomis, sosial maupun pemenuhan
bagi kepentingan dunia pendidikan.
Darmanto berharap kapada Pemkab Lampung Timur turut mengembangkan
objek wisata hutan mangrove yang dibangun secara swadaya oleh warga di
desanya, mengingat masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi pada
objek wisata ini.
Apalagi saat ini, di bawah kepemimpinan Bupati Chusnunia Chalim dan
Wakil Bupati Zaiful Bokhari, Pemkab Lampung mencanangkan daerah ini
sebagai salah satu daerah kunjungan wisata utama bagi wisatawan
nusantara maupun mancanegara.
Pemkab Lampung Timur juga memprioritaskan pengembangan pariwisata
di daerahnya, termasuk wisata alam dan wisata budaya yang dikenal dunia
internasional terdapat di daerah ini, seperti adanya penangkaran badak
sumatera dan harimau sumatera dalam kawasan hutan Taman Nasional Way
Kambas.
Keberadaan gajah jinak terdidik dan terlatih di Way Kambas juga
sudah dikenal menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berdatangan ke
Kabupaten Lampung Timur.
Diharapkan dengan semakin banyak objek wisata alam dan wisata
budaya terdapat di daerah ini, kian banyak wisatawan nusantara dan
mancanegara berkunjung dan meminati berwisata ke sini.
Menikmati wisata hutan mangrove Lampung Timur
....uasana alami di dalam hutan mangrove yang tenang, sejuk, dengan pemandangan yang asri, pengunjung juga bisa menyaksikan ratusan ikan glodok....